The Truth Untold

383 2 0
                                    

(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ

Entah mungkin karena waktu yang terasa lebih cepat, jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas dan bel masuk kembali berbunyi. Seraphina dan Carissa segera bergegas kembali untuk masuk ke kelas mereka.

Di kelas mereka sendiri sudah terdapat, Alara yang sedang memangku wajahnya dengan kedua tangannya seperti orang yang sedang tertidur di meja.

Seraphina yang melihat itu, segera membangunkan Alara untuk membicarakan permasalahan tadi dengan Carissa. Alara terbangun dan menyipitkan matanya tidak suka saat terlibat eye contact dengan Carissa.

"Al, gue minta maaf. Gue bener-bener nggak maksud buat bikin kita jadi kayak gini. Gue janji bakal ngurangin kebiasaan buruk itu deh. Maaf ya?" ucap Carissa dengan wajah sendunya.

"Kalau ada orang yang minta maaf apa yang harus kita lakuin?" ucap Seraphina saat melihat Alara yang sama sekali tidak tertarik dengan permintaan maaf Carissa.

"Iya, oke. Jangan ulangin lagi," ucap Alara seraya menghela napasnya lelah.

"Beneran?" tanya Carissa dengan wajah tidak percaya.

"Iya. Udah deh jangan tanya lagi. Lama-lama gue seret lo ke laut," jawab Alara dengan sorot mata serius.

"Seret gih ke laut," celetuk Seraphina seraya terkekeh.

Carissa yang mendengar ucapan Alara, seketika tubuhnya bergidik. Tentu, Carissa tahu jika Alara bisa saja melakukan hal itu karena gadis itu memiliki elemen air. Benar-benar mengerikan, "Nggak. Gue masih belum mau mati!"

Setelah Carissa mengucapkan hal itu, tiba-tiba saja guru bahasa Inggris masuk dan mengakhiri percakapan mereka.

Guru bahasa Inggris masuk hingga pukul dua belas siang. Ia hanya menerangkan materi di bab baru dan menyuruh muridnya untuk mengisi soal bagian satu dimana hanya terdapat sepuluh pertanyaan disana. Lalu setelah itu mengoreksinya bersama-sama.

Jam berlalu dengan begitu cepat, saat ini jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang tepat. Ketua kelas XI IPA 1 segera keluar untuk mengambil kertas ulangan matematika tadi dan membagikannya pada setiap siswa dan siswi sesuai namanya.

Seraphina mendapatkan kertas ulangannya duluan lalu dilanjut oleh Carissa, baru setelah itu Alara. Seraphina mendapatkan nilai seratus di ulangannya, Carissa mendapatkan nilai sembilan puluh lima, dan Alara mendapatkan nilai sembilan puluh delapan.

Carissa yang mendapat nilai sembilan puluh lima di ulangan harian matematikanya, membelalakkan matanya terkejut lalu setelah itu tersenyum senang.

Seraphina juga ikut tersenyum senang dengan hasil ulangannya. Sedangkan, Alara hanya tersenyum kecil.

Pelajaran dilanjutkan kembali dengan mapel fisika hingga jam pulang, dengan Alara dan Carissa yang sudah berbaikan dan hal itu membuat Seraphina kembali tenang.

Saat ini jam sudah menunjukkan pukul dua siang, Alara, Seraphina, dan Carissa sudah berada di rumah mereka masing-masing karena jam sekolah sudah selesai.

Carissa adalah orang pertama yang sampai di rumahnya diantara ke tiga orang itu. Saat ia sampai dan melepaskan sepatunya, sebuah pekikan kencang dari dalam rumahnya sudah menyambutnya.

Tentu, Carissa sudah terbiasa dengan keributan yang terus ada di rumahnya bahkan saat ia pulang sekolah sekali pun. Ia masuk ke dalam rumah dan berjalan ke arah kamarnya tanpa mempedulikan pekikan itu.

Sejujurnya meski sudah terbiasa sekalipun, hati Carissa tentu masih merasa sakit. Perasaan sakit itu masih ada dan bahkan suatu saat nanti mungkin lebih parah.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang