(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
Alara menoleh ke arah suara yang memanggil namanya dan ia baru tersadar bahwa yang ia tabrak barusan adalah Raphael.
Gadis itu dengan cepat bangkit kembali dan membungkukkan tubuhnya dengan hormat seraya berkata, "Maaf atas kelancangan saya, Duke. Saya telah menerobos masuk ke dalam istana anda dan membuat kegaduhan."
"Kegaduhan?"
"Benar. Maafkan saya karena telah datang tanpa pemberitahuan sebelumnya."
"Apa yang kau katakan? Tidak apa-apa, kau bisa datang kesini kapanpun kau mau, Calon Duchess Vellandku."
Di tiga kata terakhir, Raphael sengaja menekankan kata-kata itu agar semua yang berada di kediaman istana Velland bisa mendengarnya. Pria itu tersenyum senang dengan kehadiran Alara. Sedangkan, semua orang yang berada di sana sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Raphael.
Alara pun tidak terlalu menanggapi ucapan Raphael, "Duke, apa anda tahu dimana keberadaan Lady Zevinna?"
"Dia ada di taman bersama dengan Calon Permaisuri."
"Calon Permaisuri?"
"Benar, dia tiba-tiba datang kemari dan mencari Carissa entah untuk apa."
Itu terdengar aneh dan Alara menyadari keanehan itu. Untuk apa Seraphina menemui Carissa secara langsung? Seraphina itu adalah tipe seseorang yang jika ia bisa mengirim surat maka ia akan mengirim lewat surat.
Apa ada hal yang sepenting itu hingga Seraphina harus menemui Carissa secara langsung? Tetapi mengapa dirinya tidak diajak? Itu benar-benar menyebalkan.
Alara berdecak kesal. Raphael yang menyadari hal itu tersenyum miring, ini adalah kesempatan untuknya. "Mau kubantu?"
"Eh? Maksud anda?"
Raphael mendekatkan dirinya pada Alara lalu berbisik tepat di telinga gadis itu, "Agar kedatanganmu saat ini tidak terlihat seperti kesengajaan."
Alara sedikit tersentak lalu ia menganggukkan kepalanya dengan pelan. Raphael tentu saja segera mengerti, "Mari saya antar anda untuk berkeliling istana ini. Bagaimanapun, anda sedang mengunjungi istana ini untuk sekedar mampir karena anda berada di dekat sini."
Iya, Raphael memang seperti itu. Jika ia sedang jahil dan berusaha untuk memanipulasi keadaan, ia pasti akan berbicara dengan lebih formal.
Meski begitu, Alara tetap menerima tawaran pria itu dan mereka berdua benar-benar mengelilingi istana hingga sampai di tujuan mereka yaitu taman istana. Raphael membawa Alara untuk bersembunyi dan mengintip interaksi Seraphina dan Carissa secara diam-diam.
Saat mereka berdua sampai di sana, Alara melihat interaksi antara Seraphina dan Carissa yang berjalan begitu baik. Seraphina benar-benar banyak tersenyum, apa gadis itu sedang dalam suasana hati yang baik? Alara rasanya ingin menghampiri kedua temannya itu tetapi ia tidak bisa.
Raphael yang menyadari hal itu tentu saja sedang berusaha berpikir untuk menghibur Alara, gadis yang ia sukai. Pria itu mengusak rambut Alara dengan gemas, "Apa sekarang kau sudah tenang? Mereka baik-baik saja."
Raut wajah Alara tampak lebih murung saat ini, padahal ia ingin menemui Carissa untuk menceritakan apa yang terjadi di panti asuhan milik Viscountess Terizha.
Ia hanya ingin bertukar pikiran dengan temannya itu agar ia tidak menanggung semuanya sendiri. Raphael pun mengikuti arah pandang Alara saat ini seraya mengernyit heran, "Aneh."
Alara yang mendengar Raphael mengatakan hal itu, tentu saja menjadi terheran-heran, "Apa yang aneh?"
"Apa kau tidak merasakannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...