The Sacrified (1)

228 0 0
                                    

(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ

Alara tentu saja terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Laura. Ia dengan cepat menahan lengan Laura agar tidak terjatuh. "Apa kau bodoh?!"

"Apa itu caramu berterima kasih?"

"Apa?"

"Kakiku melangkah ke sini secara tiba-tiba."

"Memangnya kau pikir aku akan percaya?!"

"Kau harus percaya."

"AKH, AKU TIDAK PEDULI! PEGANG TANGANKU DENGAN ERAT!"

Laura tersenyum kecil. Sekali lagi, ia bisa merasakan kehangatan yang tulus dari balik hati Alara. Lalu entah mengapa air matanya menyeruak ke luar, "Kau terlalu baik untuk memberikan kesempatan pada orang sepertiku. Padahal kau tahu bahwa aku bisa saja mengkhianatimu."

"Apa yang kau katakan sekarang? Jangan melantur yang aneh-aneh. Kau harus tetap hidup!"

"Alara, maafkan aku."

"AKU SUDAH BILANG UNTUK JANGAN MELANTUR YANG ANEH-ANEH, KAN?!"

Laura tersenyum getir. Lalu tiba-tiba kaki Alara terasa seperti sedang diinjak. Seraphina menginjak kaki Alara dengan kencang seperti sedang sengaja untuk mematahkan kakinya. Alara sedikit memekik kesakitan. Pegangannya pada Laura sedikit melonggar.

"Lepaskan aku."

Alara yang mendengar kata-kata itu diucapkan dari bibir Laura, menggelengkan kepalanya tidak setuju. Ia meneteskan air matanya tanpa ia sadari, "Tidak! Tidak mau!"

"Alara, lepaskan. Ini bukan salahmu."

"Apanya yang bukan salahku?! Kau terjatuh karena berusaha melindungiku!"

"Aku melakukan itu karena keinginanku dan aku sama sekali tidak menyesalinya."

"TIDAK MAU!"

Di saat itu, Laura bisa melihat ketulusan dan kehangatan yang nyata dari Alara. Ia merasa sangat malu dengan dirinya sendiri ketika ia pernah berpikir pada Tanah bahwa pria itu konyol karena lebih memilih anima Air daripada anima miliknya sendiri.

Sekarang ketika ia benar-benar baru menyadarinya, ia cukup menyesal karena pernah memiliki pemikiran seperti itu. Ia menyesal karena baru menyadari hal itu saat ini.

"Argh-!"

Alara mengeluh kesakitan ketika ia bisa merasakan bahwa kakinya seperti sedang diukir menggunakan benda tajam. Laura tentu tidak bodoh untuk tidak menyadari rasa sakit Alara.

"Aku harap kita bisa menjadi teman di kehidupan selanjutnya. Tolong sampaikan maafku pada Seraphina dan Carissa juga. Maafkan aku, Alara."

Itu adalah kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Laura sebelum gadis itu melepas genggaman tangannya pada Alara. Ia menjatuhkan dirinya sendiri ke dalam jurang yang dalam itu.

Alara tentu saja merasa sangat terkejut, bahkan saking terkejutnya ia hingga tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun dari pita suaranya.

Ia tiba-tiba mengingat ke pertemuan awal mereka yang berawal dengan buruk. Lalu entah apa yang terjadi sekarang hubungan mereka menjadi lebih dari kata baik.

Tubuhnya membeku seketika tetapi air matanya terus menurun dengan deras. Laura adalah orang yang paling menyebalkan menurut dirinya dan itu sama sekali tidak berubah hingga sekarang.

Seraphina menarik kaki Alara dan membalikkan tubuh gadis itu hingga mata mereka saling bertatapan. Alara pada akhirnya menangis hingga terisak.

Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Lalu entah mengapa pedang yang akan Seraphina ayunkan pada jantung Alara berhenti seketika.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang