(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
"Mau kemana?"
"Pulang."
Laura mengangguk kepalanya mengerti. Saat ini, ia sendiri sedang menghadang jalan pulang milik Alara. Alara yang biasanya pulang bersama dengan Carissa dan Seraphina sudah tidak ada lagi.
"Dalam waktu kurun lima hari lagi.. ucapkan selamat tinggal dengan orang-orang tersayangmu."
Tentu, Alara tahu jika apa yang diucapkan Laura bukanlah sebuah ancaman atau omong kosong belaka. Lima hari lagi, Laura akan memaksa atau membawa secara sukarela dirinya ke Dunia Emrysverse.
"Nggak ada penambahan waktu?" tawar Alara.
"Tidak ada. Kaisar ingin aku membawamu secepatnya," ucap Laura.
"Harusnya itu lo ralat. Bukan cuma gue tapi juga temen-temen gue, kan?"
"Oh, kau pintar juga."
Mendengar hal itu, Alara berdecih kesal. Ia tahu jika Kaisar dari Dunia Emrysverse cukup gila tetapi ia juga penasaran mengapa Laura begitu patuh pada Kaisar itu. "Heh, gue penasaran. Kenapa lo nurut aja sama si Kaisar gila itu?"
"Mulutmu itu sangat tidak sopan. Kalau kau mengatakan itu di Kekaisaran Erde, kepalamu bisa dipenggal."
"Jawab."
"Dengar, itu bukan urusanmu."
"Apa dia tampan?"
"Kenapa tiba-tiba pertanyaanmu seperti itu?"
"Ya, siapa tau lo nurut sama dia karena dia tampan."
"Dia kekasihku! Jangan pernah kau berniat untuk merebutnya dariku!"
Oh, jangan tanya seberapa rasanya Alara ingin mual dengan pernyataan itu. "Siapa yang mau rebut, anjir?! Selera gue juga tinggi kali. Maaf ya."
"Ku pegang kata-katamu."
"Iya pegang aja, sialan. Lagipula Kaisar gila itu juga bukan tipeku."
"Jaga mulutmu!"
Alara yang tahu jika Laura semakin kesal, menjulurkan lidahnya untuk meledek gadis itu. Lagipula, ia juga tahu bahwa sekesal apapun Laura, gadis itu tetap tidak akan membunuhnya.
Tentu saja karena Kaisar gila itu menginginkannya tetapi jika Kaisar gila itu tidak menginginkannya, sudah pasti kepalanya akan hilang.
Setelah selesai berbicara dengan Laura, Alara segera pulang ke rumahnya dan merebahkan dirinya di kasur. Ia menghela napasnya lelah.
Bagaimana tidak? Laura sepanjang hari ini terus membuat masalah pada adik kelas bahkan pada kakak kelas dan lebih parahnya lagi, gadis itu juga membuat masalah pada guru-guru yang ada di sekolahnya. Alara yang mengetahui itu, tentu saja segera melerai.
Ia tidak tahu bahwa ternyata sifat Laura begitu tempramental, egois, dan tidak sabaran, bahkan pada orang yang lebih tua darinya sekalipun. Hal itu cukup membuat darah tinggi Alara naik, meski begitu ia tetap berusaha untuk bersabar.'Pantes nggak punya temen,' batin Alara.
Saat sibuk beristirahat di kasurnya, ponsel milik Alara berdering. Itu adalah panggilan dari Gio Bastian. Melihat nama yang tertera di ponselnya itu, Alara segera mengangkatnya.
'Alara?'
"Apa?"
'Gue nggak mau bicara panjang lebar sekarang karena gue lagi hemat kuota.'
"Terus?"
'Kenapa lo deket sama Laura sekarang?'
'Terus kenapa lo mulai menjauh dari Carissa sama Seraphina?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...