(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
Bunyi terompet yang memekikkan telinga yang diiringi dengan suara pemberitahuan itu akhirnya mengalihkan perhatian mereka semua pada ketiga orang yang baru memasuki ball room.
Pintu terbuka dan menampilkan Elios De Eirik Erde bersama Seraphina Ivander dan Laura Isabel di belakangnya yang berjalan lurus ke arah singgasana.
Elios duduk di kursi tahtanya, sedangkan Seraphina dan Laura berdiri di samping pria itu. Perhatian semua orang tertuju pada pemilik elemen angin dan tanah yang berada di sisi Elios.
Pria itu sudah menggenggam kedua elemen utama di sisinya dan hal itu membuat semua orang yang ada di ball room membungkuk hormat di hadapan Elios, bahkan dengan Alara, Carissa, Samuel, dan Raphael sekalipun.
Suasana menjadi lebih hening dari sebelumnya. Elios yang menyadari itu menghela napasnya seraya berkata, "Mengapa berhenti? Nyalakan musiknya. Beberapa dari rakyatku telah datang dari wilayah yang cukup jauh. Maka dari itu, tentu mereka harus bersenang-senang."
Pria itu tersenyum miring lalu sebuah alunan musik yang merdu dinyalakan, "Bersenang-senanglah."
Para bangsawan dan rakyat yang mendengar hal itu, menghembuskan napasnya dengan lega dan mulai bersenang-senang di pesta yang megah itu tak terkecuali dengan Alara, Carissa, Samuel, dan Raphael. Mereka juga mencoba untuk menikmati pesta itu meski dalam diri mereka, mereka merasa waspada.
Raphael menarik lengan Alara secara tiba-tiba untuk menjauhi kerumunan. Alara tentu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Raphael, bahkan Samuel pun juga begitu. Saat Samuel ingin meraih lengan Alara agar tidak jauh darinya, tangannya segera ditahan oleh Carissa.
"Biarkan saja. Pria itu tidak mungkin membiarkan temanku terluka bahkan meski hanya seujung jari pun," ucap Carissa. Ia mengibaskan rambutnya ke belakang lalu mengedipkan sebelah matanya pada Samuel, "Lebih baik kau temani aku saja."
Samuel hanya bisa terdiam dan menurut saja saat pergelangan tangannya ditarik oleh Carissa menuju pinggir ball room.
Di sisi lain, Raphael membawa Alara pergi menuju balkon ball room. Balkon dari ball room sendiri dibuat secara sengaja untuk beberapa pasangan yang ingin menghabiskan waktunya secara berdua tanpa di ganggu oleh orang lain saat pesta diselenggarakan.
Alara mengernyitkan keningnya dengan heran saat Raphael membawanya ke balkon ball room, "Mengapa anda mengajak saya ke sini?"
"Menurutmu mengapa?" tanya Raphael balik.
"Saya bertanya pada anda karena saya tidak tahu. Mengapa anda jadi balik bertanya pada saya?" balas Alara seraya menggelengkan kepalanya tidak mengerti.
"Karena aku tidak ingin di ganggu," bisik Raphael tepat di telinga Alara.
Bulu kuduk Alara seketika berdiri mendengar suara yang terdengar berat di telinganya itu. Ia secara refleks menjauh dari Raphael, "Anda sepertinya sudah gila."
"Iya. Aku memang sudah gila. Tergila-gila padamu," jawab Raphael.
Alara yang mendengar hal itu, menahan dirinya secara mati-matian untuk tidak muntah. Benar-benar menjijikan. Raphael yang menyadari hal itu, terkekeh.
Bagaimana tidak? Alara menatapnya dengan tatapan menjijikkannya. Padahal pria itu hanya bercanda tetapi memang sih, ia juga geli mengucapkan kata-kata itu apalagi Alara yang mendengarnya.
"Tapi aku serius saat mengatakan bahwa aku benar-benar mencintaimu."
"Iya, saya juga tahu kok."
"Tapi kau tidak menjawabnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...