(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
Alara mengusap wajah pria itu dengan lembut. Ia tersenyum tetapi Seraphina bisa merasakan ada luka dalam senyum temannya itu. Seraphina menatap Elios lalu tanpa sengaja menatap penyihir hitam yang ada di belakang pria itu yang sedang mengontrolnya.
*Blar
Sebuah api yang cukup besar meledakkan setiap tempat itu. Untung saja Seraphina dengan cepat mengeluarkan elemen sihirnya dan melindungi Alara serta Raphael yang ada di dekapan gadis itu.
Carissa dengan manik mata yang berkilat marah serta rambut gadis itu yang menyala dengan terang, menyerang penyihir hitam yang ada di belakang Elios tanpa ampun.
Ia terus mengeluarkan api dari kedua tangannya dan menyerang penyihir itu tanpa peduli apa penyihir itu akan meninggal hingga menjadi abu di tangannya.
Pasukan Elios mulai kembali menyerang ke arah Seraphina dan Alara tetapi ada sebuah pasukan aneh yang dengan tiba-tiba melindungi mereka. Itu adalah pasukan dari kaum Griffin.
Mereka memiliki lambang di leher mereka masing-masing dan itu adalah lambang yang sama yang dimiliki oleh kaum yang menyerang Alara, Carissa, dan Seraphina di hutan sebelumnya.
"Itu pasukan yang dipimpin oleh Laura."
Seraphina menolehkan kepalanya pada Alara. Sedangkan, Alara kembali melanjutkan kata-katanya, "Dia pasti sudah memerintahkan mereka untuk ada di pihak kita juga."
Kaum griffin itu terbang dengan sayapnya dan mulai mencabik-cabik pasukan Elios dengan cakarnya lalu menggigit kepala mereka satu per satu lalu melepasnya dan membuangnya ke sembarang arah. Seorang wanita tiba-tiba menghampiri mereka, "Di mana Laura Isabel?"
Alara dan Seraphina sontak melihat ke arah wanita itu. Wanita yang berpakaian mewah tetapi sangat anggun dan cukup cantik. Ia berpenampilan bak Ratu. Seraphina membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan wanita itu tetapi kata-katanya segera dihentikan oleh Alara.
"Dia telah mati."
Wanita itu membelalakkan matanya dengan terkejut tetapi ia tidak berkata apa pun. Ia ingat kata-kata terakhir yang diucapkan Laura padanya saat di pertemuan terakhir mereka di kediaman miliknya.
'Apa pun yang terjadi nanti. Itu semua adalah pilihanku. Jadi, aku harap kau tidak menyalahkan siapapun.'
Wanita itu melirik ke arah Alara yang sedang memangku jasad seorang pria di pangkuannya sembari mengusap dengan lembut rambut pria itu. Tanpa banyak bertanya pun wanita itu tahu bahwa gadis itu tengah memangku jasad kekasihnya.
"Aku akan membantu kalian. Ini janjiku pada Laura."
Seraphina tersenyum kecil pada wanita itu, "Maaf dan terima kasih."
Wanita itu menganggukkan kepalanya mengerti. Ia segera memimpin pasukannya kembali untuk menyerang setiap sisi istana. Membunuh setiap orang yang memihak Kekaisaran Erde bahkan Marquis Deansea serta Viscountess Terizha tidak luput dari pembunuhan itu.
Sedangkan, Seraphina menyadari bahwa saat ini Carissa terlihat sangat kesulitan karena Elios sudah mulai ikut campur. Alara melirik ke arah Seraphina sejenak, "Apa aku saja yang membunuhnya?"
Tentu, Alara tidak bodoh untuk tidak melihat keraguan di wajah Seraphina. Hanya saja, Seraphina menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Tidak. Kau bawa saja pasukan kita yang masih hidup ke tempat persembunyian lalu untuk Elios biar aku yang mengurusnya."
"Apa kau yakin? Apa kau benar-benar yakin bisa membunuhnya tanpa ragu?"
"Apa kau sekarang meragukanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...