Penyerangan

236 0 0
                                    

(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ

Hari ini, Elios telah selesai mengerjakan dokumen-dokumennya. Pria itu memutuskan untuk beristirahat di kamarnya, mengingat kamarnya jarang dipakai karena ia lebih sering tidur di ruang kerjanya.

Di perjalanan menuju kamarnya, ia melewati satu kamar yang ia buat terlarang untuk dimasuki. Itu adalah kamar khusus yang di dalamnya terdapat Seraphina yang sedang tidak sadarkan diri.

Pria itu sebenarnya tidak ingin memasuki kamar itu tetapi langkah kakinya membawa dirinya untuk memasuki kamar itu. Kamar yang sangat gelap dan dengan sedikitnya cahaya yang masuk. Siapapun yang tanpa sengaja memasuki ruangan itu pasti akan mengira bahwa itu adalah kamar yang angker.

Hanya saja gadis yang tengah tertidur dengan lelap di ranjang yang berada di sana pasti akan membuat siapapun rela melakukan apa pun untuk membuka mata gadis itu yang tertidur dengan sangat cantik.

Ya, Elios akui gadis itu memang sangat cantik tetapi ia benci dengan rasa sakit di kepalanya yang tiba-tiba muncul ketika ia terus menatap tubuh gadis itu, seolah ada perasaan asing dalam dirinya yang terus menyeruak keluar dan membisikkan telinganya bahwa ia tidak seharusnya melakukan hal seperti itu.

Ini benar-benar menyakitkan, rasanya ia seperti kehilangan sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan. Air mata tiba-tiba turun dari wajahnya dan sulit bagi dirinya untuk menghentikan air mata itu. Mengapa rasanya sesakit ini?

Pertanyaan itu terus muncul dalam benak Elios. Akhirnya tanpa sadar ia terjatuh dan tidak sadarkan diri dengan rasa sakit kepalanya itu.

Bersamaan dengan kejadian itu, seorang perempuan tanpa sengaja masuk karena melihat kamar yang dibilang terlarang oleh setiap sudut istana itu terbuka.

Ia terkejut saat melihat tubuh Calon Permaisuri yang tertidur dengan tidak berdaya di ranjang dan Kaisar yang tidak sadarkan diri dan berbaring di lantai.

"Apa-apaan ini?!" ucap perempuan itu tidak percaya. Ia menutup pintu ruangan itu seperti seharusnya. Ia dengan cepat meninggalkan istana Kekaisaran karena ia sudah memperoleh informasi yang ia perlukan. Ia harus memberitahu informasi ini pada nonanya dengan cepat.

Di sisi lain, Alara yang telah selesai bermain dan berbincang-bincang dengan anak-anak panti asuhan, akhirnya memutuskan untuk pulang bersama dengan Samuel dan Gabriel. Tentu saja, gadis itu tidak lupa untuk pamit, meski ia tidak tega melihat anak-anak panti asuhan itu menahannya untuk pergi.

Untungnya, Samuel memberi mereka pengertian hingga akhirnya dirinya dan Gabriel bisa pulang. Seharusnya di perjalanan pulang seperti ini akan berjalan dengan baik seperti sebelumnya tetapi entah mengapa kereta kuda Alara berhenti.

Samuel dan Gabriel yang berjalan terlebih dahulu di depan gadis itu, mengernyitkan keningnya dengan heran saat menyadari bahwa kereta kuda milik Alara tidak ada di belakang mereka. Kedua pria itu saling menatap satu sama lain dengan panik sekaligus khawatir.

Sedangkan, Alara yang menyadari hal itu segera turun dari kereta kuda dan melihat apa yang sedang terjadi. Ia terkejut ketika menyadari bahwa ada banyak bandit yang menghadang jalannya.

"Lady, berlarilah sejauh mungkin. Saya sendiri yang akan menghadapi mereka," ucap pria yang bertugas membawa kereta kuda milik Alara.

"Kau bahkan tidak memiliki senjata tajam apa pun di tubuhmu. Jangan konyol," balas Alara seraya tersenyum sinis.

"Lady, jika saya kehilangan nyawa saya di sini, tidak akan ada satu orang pun yang menyadarinya. Berbeda dengan anda," ucap pria itu.

"Berhentilah berbicara omong. Lebih baik kau saja yang mundur. Kau bisa mati dalam sekali tebasan mereka," balas Alara. Gadis itu tanpa rasa takut berjalan maju dan mendekati mereka. "Siapa yang menyuruh kalian?"

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang