Pesta Kekaisaran

288 0 0
                                    

(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ

Hari ini adalah hari yang sangat menyebalkan bagi Alara. Pasalnya, pesta Kekaisaran telah di selenggarakan dan ia harus datang ke sana menggunakan gaun, perhiasan, bahkan sepatu hak tinggi yang telah di siapkan oleh kuil.

Beberapa dari saintess yang berada di kuil pun bahkan turut serta membantu Alara untuk hanya sekedar mendandani atau memoles wajah gadis itu. Mereka membantu Alara dengan senang hati.

Lagipula, Alara tidak memerlukan dandanan yang tebal yang bisa membuat tangan mereka lelah. Gadis itu lebih cocok dengan dandanan yang sedikit tipis.

Sudah sejam berlalu sejak Samuel menunggu Alara di luar kamar gadis itu. Ia menghela napasnya lelah hingga akhirnya ia menyerah dan memilih untuk mengetuk pintu gadis itu, "Kapan anda akan selesai?"

Namun, pertanyaan yang ia ajukan barusan hanya seperti angin yang berlalu. Meski begitu, tidak lama setelah ia bertanya, Alara segera keluar. Ia menatap Alara dengan terkejut. Pria itu melihat Alara dari bawah hingga atas. Saking terkejutnya, ia bahkan tidak bisa mengatakan apa pun.

"Aku sudah selesai dan lagi kenapa kau bertanya dengan formal padaku? Apa-apaan? Aku kan sudah menyuruhmu untuk berbicara secara informal padaku, Samuel!"

*Deg

Mendengar ocehan yang dilontarkan oleh Alara, Samuel segera tersadar dari lamunannya. Ia memijat pelipisnya dengan pelan, "Bukankah ini terlalu gawat?"

"Gawat?"

"Karena anda terlihat sangat sempurna hari ini."

"Tapi aku kan sudah sempurna sejak aku dilahirkan ke dunia ini."

"Entah mengapa saya menyesal telah memuji anda."

Alara terkekeh melihat Samuel yang mencebikkan bibirnya dengan kesal, "Kau juga terlihat berbeda ya hari ini."

"Saya? Berbeda?"

"Iya. Kau terlihat lebih tampan dari biasanya tapi pakaian kita benar-benar tidak cocok."

Benar, Alara memakai seluruh warna biru langit dan biru laut dari atas kepala hingga ujung kakinya. Sedangkan, Samuel memakai warna ungu gelap dari atas hingga ujung kakinya.

"Saya ini Uskup Agung dan warna ungu itu sudah menjadi ciri khas saya jadi saya tidak mungkin mengubah ciri khas saya demi anda."

"Wah, sialan. Padahal aku baru saja memujimu. Ku tarik kata-kataku tadi."

Jika tadi Alara terkekeh melihat Samuel yang terlihat kesal, sekarang Samuel lah yang terkekeh melihat wajah Alara yang terlihat kesal.

Pria itu akhirnya menghentikan tawanya dan berjalan mendekati Alara. Ia berlutut dan mengambil tangan kanan Alara dengan lembut, "Saya harap anda tidak akan jauh dari pandangan saya nanti."

Samuel mengatakan hal itu sembari mengecup punggung tangan Alara dengan ringan. Alara tersenyum kecil, "Iya."

Mereka berdua akhirnya pergi meninggalkan kuil dengan Alara yang menaiki kereta kuda dan Samuel yang mengendarai kuda kesayangannya.

Mereka pergi tanpa menyadari bahwa Gabriel memperhatikan interaksi antara Samuel dan Alara dengan tangan yang mengepal kesal.

Tidak butuh waktu lama bagi Samuel dan Alara untuk sampai di Kekaisaran karena saat ini mereka telah sampai dengan waktu tempuh kurang lebih empat puluh lima menit. Kedatangan mereka disambut oleh beberapa prajurit yang bertugas menjaga gerbang luar istana Kekaisaran.

Samuel turun terlebih dahulu dari kudanya lalu berjalan ke arah kereta kuda yang berada di belakangnya. Ia membuka pintu kereta kuda itu dan membantu Alara untuk turun. Ia tahu bahwa gaun dan sepatu hak tinggi yang dikenakan oleh gadis itu sekarang membuatnya sedikit sulit untuk berjalan.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang