Sumpah Setia

291 0 0
                                    

(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ

"A-Alara? Ma-Maaf, tanpa sadar aku—" Raphael menjatuhkan pedang miliknya karena merasa terkejut. Ia menghampiri Alara dan melihat luka gadis itu yang berbentuk garis panjang di garis telapak tangannya.

"Anda sekalian benar-benar kekanakan," ucap Alara. Gadis itu segera pergi dan meninggalkan Raphael serta Elios berdua di sana.

Tubuh Raphael membeku seketika saat Alara pergi dengan mengucapkan kata-kata itu sembari menatapnya dengan tatapan tajam. Iya, benar, itu memang salahnya. Ia memang kekanakan.

Elios yang menyadari hal itu, terkekeh kecil. Ia menyeka lehernya yang sedikit mengeluarkan darah sembari berkata, "Kau tahu mengapa kau tidak pernah bisa menang dariku? Itu karena kau selalu mengalah bahkan pada hal sekecil apa pun."

"Benar, aku tidak akan menyangkalnya tetapi apa kau pernah merasakan perasaan di mana kau harus menghargai sesuatu, melindungi sesuatu, dan menjaga sesuatu agar kau tidak menyesal karena kehilangan sesuatu itu suatu saat nanti. Alara, dia adalah suatu berkat yang paling besar bagiku. Kau yang hanya tahu bagaimana untuk bisa bergerak ke atas tanpa melihat ke bawah, mana mungkin memiliki perasaan seperti itu. Kita tinggal di lingkungan yang sama tetapi dengan pilihan yang berbeda. Aku tidak sepertimu!"

"Kau akan menjadi seperti diriku jika kau tidak bertemu dengan gadis itu. Pada akhirnya, kita tidak memiliki perbedaan yang terlalu mencolok, Raphael."

Ucapan Elios barusan mampu membuat Raphael tidak bisa kembali berkata-kata. Benar, seandainya ia tidak bertemu Alara pada waktu itu, ia hanya akan menjadi monster yang sama persis dengan Elios. Monster yang akan melakukan apa pun untuk bisa mendapatkan segala hal yang ia inginkan.

"Menyedihkan," ucap Elios seraya memandang rendah pada Raphael. Pria itu akhirnya memilih pergi daripada berurusan dengan Raphael yang hanya akan membuat dirinya merasa goyah karena untuk kali ini, ia tidak boleh menjadi seperti itu.

Di sisi lain, saat Alara pergi meninggalkan Raphael dan Elios berdua, gadis itu menemui Gabriel dengan luka lebar yang ada di telapak tangan kanannya.

Viscountess Terizha yang sedang asyik berbincang dengan Gabriel sontak merasa sangat terkejut dengan darah yang menetes di lantai.

"LADY! ANDA BAIK-BAIK SAJA?" pekik Viscountess Terizha dengan terkejut.

Gabriel yang mendengar hal itu, tentu saja segera menoleh dan mendapati Alara dengan wajah yang masam dan darah yang menetes dari balik telapak tangannya. Pria itu pun juga tentu sama terkejutnya dengan Viscountess Terizha.

"Aku ingin pulang," lirih Alara. Gabriel pun tidak mungkin tidak peka dengan situasi apa yang terjadi di halaman belakang setelah kedatangan Raphael secara tiba-tiba.

"Iya, kita pulang," balas Gabriel. Sebelum itu, ia memegang tangan Alara yang terluka dan merapalkan beberapa mantra lalu tidak lama setelah itu, luka gadis itu perlahan mulai menutup dan kembali seperti semula.

Setelah selesai melakukan hal itu, Gabriel segera membawa Alara pergi dari panti asuhan itu dan kembali ke kuil dengan cepat. Gadis itu tidak sedang berada dalam suasana hati yang baik dan Gabriel tahu itu tetapi ia tidak akan berbicara apa pun sampai Alara sendiri yang ingin menceritakannya padanya.

Di sisi lain, Elizabeth De Hellen, terkejut saat mendengar kedatangan Carissa Zevinna ke kediamannya secara tiba-tiba. Saat ini, mereka berdua tengah duduk tanpa membicarakan apa pun.

Elizabeth sendiri merasa segan untuk memulai percakapan, sedangkan Carissa juga sedari tadi tidak memulai percakapan.

'Wah, apa ini? Karena sekarang aku berstatus sebagai Calon Selir Kaisar aku bisa melakukan apa pun yang kusuka? Bahkan mengunjugi kediaman bangsawan tanpa pemberitahuan sebelumnya? Aku tidak tahu harus bersyukur atau marah,' batin Carissa.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang