Darah Unicorn

285 0 0
                                    

(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ

Carissa menggigit jarinya dengan cemas ketika ia dipanggil oleh Raphael ke ruang pribadi milik pria itu. Dalam hati, ia tidak bisa berhenti berpikir apa yang ingin dibicarakan oleh Raphael sehingga ia dipanggil ke tempat yang menyeramkan itu.

Memang ruang pribadi milik Raphael sangat jarang pria itu gunakan. Rumor yang Carissa dengar tentang tempat itu adalah bahwa tempat itu merupakan tempat penyekapan, penyiksaan, dan pembunuhan yang dilakukan oleh Raphael secara diam-diam sehingga tempat itu dikenal sangat angker.

Lalu sekarang dirinya dipanggil ke ruangan itu, ia mencoba untuk mengingat apa kesalahan yang ia perbuat tetapi memangnya kesalahan apa yang ia perbuat hingga dirinya dipanggil ke tempat menyeramkan itu?

Saat ia telah sampai di ruang itu dan masuk, ia bisa mencium aroma darah yang menyengat dan kegelapan yang menyelimuti ruangan itu. Ia menghela napasnya untuk berusaha tenang hingga lampu dinyalakan dan Raphael serta Xavier muncul dari balik kegelapan itu.

Carissa yang terkejut, refleks berteriak dengan kencang. Saking terkejutnya, ia bahkan hampir jatuh terhuyung ke belakang jika tidak ditahan oleh Xavier saat ini.

"Wah, apa ini? Apa kalian sedang syuting film bergenre romance?" sindir Raphael seraya tersenyum miring.

Carissa yang mendengar sindiran tajam itu, akhirnya segera sadar dan menjaga jarak dengan Xavier, "Ini salahmu tahu! Lagipula kenapa memanggilku di tempat seperti ini sih?! Mau mati, ya!"

Raphael yang mendengar itu, menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Aku tidak mau mati. Aku mau Alara."

"Sialan! Alara tidak mau denganmu tahu!"

"Memang kau tahu darimana?"

"Tentu saja aku tahu! Kau bukan seleranya."

"Wah, mulutmu tajam sekali. Apa yang harus ku lakukan agar mulutmu menjadi lembut?"

Carissa tentu bergidik ngeri. Gadis itu tiba-tiba saja terkekeh, "Ya ampun, Duke. Tentu saja, saya hanya bercanda tadi."

Bohong. Gadis itu hanya akting agar bisa bertahan hidup-hidup dari ruangan menyeramkan itu. "Tetapi Duke, mengapa anda memanggil saya ke ruangan ini?"

"Apa kau tidak ingin menjelaskan sesuatu, Carissa?"

"Menjelaskan sesuatu?"

"Seperti jubah yang kau buang karena ada noda darah di luarnya dan noda darah itu berwarna ungu pekat. Kau tidak sedang memburu unicorn untuk kau minum darahnya, bukan?"

"Anda bicara apa? Untuk apa saya memburu unicorn untuk saya minum darahnya? Saya tidak tertarik untuk memiliki umur yang panjang dan anda sendiri juga tahu hal itu, bukan?"

"Lalu?"

"Itu darah milik seseorang. Waktu itu saya bilang pada anda bahwa saya ingin pergi ke acara festival di pasar Kekaisaran Erde. Saat itu, saya tanpa sengaja bertabrakan dengan seseorang."

"Seseorang? Apa itu adalah orang yang memiliki darah ungu pekat itu?"

"Bukan. Orang yang saya tabrak itu Seraphina! Jadi saya segera menyusulnya dan ternyata dia sedang dikepung oleh sekelompok orang yang saya atau bahkan Seraphina sendiri tidak ketahui."

"Kalian pasti menang, kan?"

"Tentu saja! Mana mungkin kami kalah dengan penjahat kelas rendahan begitu! Hanya saja.."

"Kalau berbicara jangan setengah-setengah!"

"....Hanya saja saya tidak menyangka bahwa Alara juga berada di sana."

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang