(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
Seraphina tersenyum kecil lalu kembali mengedarkan pandangannya. Ia lalu beralih menatap Carissa, "Apa anda setuju dengan peraturan yang saya buat?"
"Saya berpikir bahwa anda juga pasti telah memikirkannya ribuan kali tentang dampak dan resiko yang akan terjadi nanti. Saya percaya pada anda dan menyetujui peraturan yang anda buat."
Marquis Deansea, serta Viscountess Terizha yang baru, mengangguk setuju. Hal itu kemudian disetujui kembali oleh para bangsawan yang hadir di dalam rapat itu tak terkecuali Elizabeth.
Seperti apa yang dikatakan Seraphina bahwa ia tidak akan berbicara dengan lama. Rapat itu selesai dalam waktu dua jam. Para bangsawan mulai pamit dan kembali ke kediaman mereka masing-masing. Sedangkan, Alara masih tetap berada di Kekaisaran Erde bersama dengan Seraphina dan Carissa.
Mereka bertiga berjalan di koridor istana sembari berbincang dengan santai. Melupakan sejenak posisi jabatan yang dimiliki mereka masing-masing dan berkomunikasi layaknya saat mereka masih ada di Dunia Manusia.
"Apa kau tidak berniat memotong rambutmu?"
Alara menoleh pada Seraphina yang bertanya seperti itu padanya. Ah, benar juga. Rambutnya sudah tumbuh semakin memanjang. Mungkin itu sekitar lutut dirinya. "Tidak sama sekali. Kau sendiri apa masih melukis wajah Kaisar terdahulu?"
*Deg
Seraphina entah mengapa rasanya seperti tertohok. Ia tidak menyangka bahwa Alara akan bertanya secara terang-terangan seperti itu padanya. Alara melanjutkan kata-katanya kembali, "Sudah lima tahun berlalu dan ternyata tidak banyak yang berubah ya."
"Mungkin memang begitu," sahut Carissa.
"Kau sendiri juga sudah lama tidak tersenyum atau tertawa semenjak saat itu," ucap Alara seraya tersenyum getir. Sedangkan, Carissa hanya diam saja karena tidak ingin membahas kejadian yang telah lalu itu. Kejadian yang merubah dirinya hingga seratus delapan pulut derajat.
"Kita ternyata masih terjebak di masa lalu, ya. Aku mana pernah membayangkan bahwa akan ada hari tanpanya seperti ini. Kalian juga pasti begitu," balas Seraphina.
Memori mereka sama-sama berputar kembali ke saat pertemuan pertama mereka dengan masing-masing pria yang mereka cintai. Alara tersenyum kecil, "Andai waktu bisa diputar kembali."
Lagi-lagi suasana seperti ini terulang kembali. Alara melihat ke atas langit. Langit yang berawan biru itu cukup cerah. Ia menghela napasnya sejenak, "Ayo bahas yang lain saja."
Seraphina dan Carissa sontak mengangguk setuju. Mereka akhirnya membahas hal-hal yang berbau politik untuk melupakan kisah tragis itu. Meski pada akhirnya, tidak akan ada yang berubah dengan mereka yang mengalihkan pembicaraan.
Tanpa sadar, matahari sudah mulai terbenam. Alara berpamitan pada Seraphina dan Carissa untuk pulang ke kediamannya.
Setelah kepergian Alara, Seraphina meluangkan waktunya kembali untuk melukis wajah pria yang ia cintai dulu. Ia hanya takut jika suatu hari nanti ia lupa dengan pria itu.
Lalu, Seraphina juga membebaskan Carissa untuk melakukan apa pun yang ia suka dan Carissa menggunakan kebebasan itu untuk mengunjungi makam Daniel.
Berbeda dengan Alara yang segera masuk ke ruang kerjanya begitu ia sampai di kediamannya. Ia bisa melihat Xavier yang menggantikan posisinya saat ia pergi, "Terima kasih."
Xavier yang menyadari kedatangan Alara membungkukkan tubuhnya dengan hormat, "Ini bukan masalah yang besar, Duchess."
Hanya saja meski begitu, Alara tetap berterima kasih pada Xavier. Ia duduk di kursi kerjanya dan mengerjakan beberapa dokumennya yang belum ia baca dan ia kerjakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...