(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
Malam sudah tiba. Bulan tampak mengumpat dari balik awan hingga langit terlihat sangat gelap. Laura datang dan menghampiri kamar yang berada paling ujung di atas istana. Ia menatap tubuh tidak berdaya seorang perempuan yang tengah lelap menutup matanya.
Seorang perempuan dengan rambut berwarna putih pendeknya. Bibir merahnya yang mulai menjadi pucat. Orang lain yang melihatnya mungkin akan mengira bahwa perempuan itu telah mati, jika tidak ada deru napas yang terdengar dari tubuh perempuan itu.
"Sejujurnya, aku tidak memiliki masalah denganmu, Seraphina. Hanya saja, aku tidak tahu bahwa menjadi diri orang lain ternyata sesulit ini."
"Aku tidak akan meminta maaf karena semua ini tidak akan terjadi jika kau tidak datang pada Elios saat itu."
"Hanya Elios yang ku punya saat ini. Dia adalah matahariku. Aku akan melakukan segalanya untuknya bahkan jika itu termasuk menyingkirkanmu sekalipun."
"Aku membencimu. Aku yang mengenal Elios lebih dulu tetapi meski begitu aku tidak pernah bisa melihatnya tersenyum tetapi kau dengan mudahnya.."
"Aku benar-benar membencimu."
"Maka dari itu, aku harap kau terus dalam keadaan seperti ini, Seraphina Ivander."
Setelah mengucapkan hal itu, Laura melangkahkan kakinya untuk pergi dan entah sejak kapan, di tangan gadis itu sudah ada sebuah botol. Laura meneguk air yang berada di botol itu dengan cepat dan perlahan wujudnya berubah menyerupai wujud Seraphina.
Itu adalah ramuan yang bisa merubah wujud seseorang menjadi apa yang diinginkan bagi peminum ramuan itu. Laura menggunakannya bukan tanpa alasan.
Status Seraphina saat ini adalah Calon Permaisuri, tentu Seraphina mendapat lebih banyak perhatian. Ia jadi harus merubah wujudnya menjadi Seraphina mau tidak mau.
Ya, itu tidak masalah. Jika ia harus berubah menjadi Seraphina agar Elios menyukainya maka ia akan melakukannya dengan senang hati. Lagipula, pekerjaan menjadi Calon Permaisuri ternyata tidak begitu sulit seperti apa yang ada di pikirannya sebelumnya.
Di sisi lain, Carissa telah menerima surat yang ditulis oleh Alara setelah Raphael menemuinya beberapa menit yang lalu.
Aku tidak tahu mengapa dia seperti itu. Kau juga pasti tahu dia yang ku maksud. Itu tidak seperti dirinya dan aku pikir kau juga telah menyadarinya.
Kau pernah bilang padaku bahwa Putri Earl bersekutu dengan kita, bukan? Aku yakin bahwa Putri Earl itu memiliki bawahan yang setia untuknya.
Bisakah kau memerintahnya untuk memasukkan seorang dayang atau prajurit yang bisa menelusup ke Kekaisaran untuk mengetahui apa yang terjadi?
Carissa tentu saja segera menuruti permintaan Alara dan mengirim surat rahasia ke kediaman Earl. Surat balasan itu mungkin akan sampai besok pagi karena jarak wilayah Velland dan Hellen yang cukup jauh. Carissa memijat pelipisnya pelan karena merasa sedikit frustasi. Meski begitu, ia harap Seraphina tidak apa-apa.
Situasi berbalik pada Alara dan Samuel yang saat ini tengah berada di kamar Gabriel. Gabriel terkulai dengan lemas di ranjangnya. Ia telah memakai kekuatannya hingga melebihi batas.
Alara menghembuskan napasnya dengan lelah, "Aku tidak menyangka bahwa dia akan berlaku sejauh ini."
Samuel melirik ke arah Alara sejenak lalu mengalihkan perhatiannya kembali pada saudaranya yang sedang terkulai dengan lemasnya itu, "Aku sudah menyuruhnya untuk berhenti. Hanya saja dia terus bertekad untuk menyelamatkan mereka dari keracunan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...