Kebenaran

238 0 0
                                    

(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ

Tasya Fedlya berlutut di hadapan Elizabeth De Hellen dengan keringat yang terus keluar dari pori-pori di wajahnya dan dengan napas yang tersengal.

Elizabeth yang melihat kedatangan dayang setianya itu membelakkan matanya terkejut, "Mengapa kau berada disini? Aku menugaskanmu untuk—"

"Ampun, nona. Saya telah memenuhi tugas yang telah anda perintahkan pada saya."

"Secepat ini?"

"Benar, saya telah mendapatkan informasi tentang Calon Permaisuri."

"Katakan."

"Calon Permaisuri yang akhir-akhir ini semua orang lihat adalah palsu karena yang asli sedang terbaring tidak sadarkan diri dengan keadaan yang tidak berdaya."

"Apa maksudmu? Katakan dengan lebih jelas!"

"Saya tanpa sengaja melihat Yang Mulia Kaisar tengah berjalan di koridor istana dan saya dengan sengaja mengikutinya. Yang Mulia masuk ke dalam sebuah kamar, itu adalah kamar yang selalu dibilang oleh para pekerja di Kekaisaran sebagai kamar terlarang."

"Jangan bilang kau masuk ke dalam ruangan itu dan ketahuan oleh Kaisar?"

"Untungnya tidak, nona. Saya tadinya sama sekali tidak berniat untuk masuk ke ruangan itu untuk mengikuti Yang Mulia Kaisar tetapi Kaisar sendiri terhitung berada di sana cukup lama, jadi saya berniat untuk memastikan apa yang terjadi dan saya tidak percaya dengan apa yang saya lihat."

"Saya melihat Calon Permaisuri yang terbaring tidak berdaya di ranjangnya dan Yang Mulia Kaisar yang tergeletak tidak sadarkan diri tidak jauh dari posisi Calon Permaisuri."

Elizabeth benar-benar tersentak dan terdiam ketika mendengar hal itu. Jika benar bahwa yang ia lihat akhir-akhir ini bukanlah Calon Permaisuri, lalu siapa? Dan mengapa akhir-akhir ini, Lady Isabel jarang terlihat? Jika dipikir-pikir kembali semuanya jadi masuk akal sekarang.

Itu hanya dugaannya saja karena ia masih belum ingin menyimpulkannya dengan cepat. Ia akan menulis surat yang berisi informasi itu pada Carissa.

Hanya saja sebelum itu ia melirik ke arah Tasya yang terlihat sangat lelah, "Seperti hal yang pernah ku sampaikan padamu. Aku mengizinkan anggota keluargamu yang masih ada dan yang ingin kau lindungi untuk tinggal di istana ini."

"Terima kasih banyak, nona! Akan tetapi seperti yang pernah saya katakan pada anda juga bahwa saya tidak memiliki anggota keluarga lagi. Saya sudah bersumpah setia pada anda sebelumnya jadi anda tidak perlu merasa tidak enak hati pada saya karena ini adalah keinginan saya."

"Baiklah, aku menghargai keputusanmu tetapi meski begitu, katakan saja padaku jika ada suatu hal yang kau inginkan, aku akan memberikannya padamu. Ini bukan karena kau adalah dayang setiaku tapi karena kau adalah Tasya Fedlya. Aku senang karena kau telah mau mengabdikan seluruh hidupmu untukku."

"Saya juga senang karena anda telah membiarkan saya untuk melayani anda sepanjang hidup saya. Ini adalah sebuah kehormatan untuk saya."

Elizabeth tersenyum dengan lembut. Setelah berbincang selama beberapa saat dengan Tasya Fedlya, dayangnya itu akhirnya mengundurkan diri dan ia dengan cepat segera menulis informasi yang ia telah ia dengar dan ketahui dari dayangnya untuk Carissa. Ia mengirim pesan itu lewat burung merpati peliharaannya. Mungkin akan butuh waktu yang sedikit lama untuk sampai di wilayah Velland.

Dua puluh dua jam telah berlalu sejak surat itu dikirim dari wilayah Hellen. Saat ini, surat itu telah sampai di tangan Carissa dan telah dibaca juga oleh gadis itu. Ia membacanya dengan teliti tanpa ada satu pun yang terlewat.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang