Kejujuran

382 1 0
                                    

(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ

"Car, besok jadwal lo kosong nggak?" tanya Seraphina pada Carissa yang sedang sibuk melamun di balkon kelas.

Ya, saat ini jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh. Para siswa dan siswi di sekolah Briliant High School belum sepenuhnya berdatangan. Seraphina dan Carissa adalah dua contoh manusia yang sedang kerajinan datang pagi.

"Gue mah setiap hari juga kosong," jawab Carissa sembari melihat lapangan dari atas balkon bersama Seraphina.

Seraphina menganggukkan kepalanya mengerti, "Btw, Alara tumben belum dateng ya."

"Makanya itu, padahal yang biasanya dateng mepet sama bel itu kan gue. Eh malah sekarang gue yang dateng ke-rajinan," balas Carissa seraya mengerucutkan bibirnya kesal.

"Siapa suruh dateng ke rajin-an?" ucap Seraphina seraya terkekeh.

"Itu Alara baru dateng!" ucap Carissa yang membuat Seraphina langsung mencari keberadaan Alara di bawah dan untungnya ketemu.

"ALARA!" pekik Carissa dari balkon atas sembari menyapa Alara.

Alara yang mendengar pekikan suara yang cukup familier untuknya itu segera mencari ke asal suara. Ia menengadahkan kepalanya ke atas dan menemukan Carissa serta Seraphina yang sedang tersenyum kecil padanya di balkon atas. Alara membalasnya dengan melambaikan tangannya sembari tersenyum.

Entah datang darimana, tiba-tiba sebuah motor sedang melaju kencang dari arah belakang Alara. Seraphina yang menyadari itu membelalakkan matanya terkejut.

Ketika motor itu benar-benar mendekati Alara, Carissa berteriak kencang dan dengan refleks, Seraphina mengayunkan tangannya ke arah kanan dan membuat motor itu jatuh di arah kanan Alara.

Carissa yang melihat Seraphina mengayunkan tangannya ke arah kanan dan berakibat dengan pengendara motor itu yang benar-benar jatuh ke arah kanan, membelalakkan matanya terkejut.

Alara pun juga sama terkejutnya. Ia bukan terkejut karena ternyata ada motor yang sedang melaju kencang tepat di belakangnya tetapi terkejut dengan angin kencang yang tiba-tiba hadir sampai membuat pengendara motor itu jatuh.

Pengendara motor yang tadi hampir menabrak Alara berusaha untuk berdiri karena kakinya terjepit pada badan motornya. Ia melepas helmnya dan berdiri untuk melihat siapa yang baru saja menghalangi jalannya. Pengendara itu adalah Gio Bastian.

"Kalau jalan tuh jangan di tengah-tengah lah, gob—" ucapan dari Gio langsung terpotong saat menyadari bahwa orang yang hampir ditabraknya adalah teman sekelasnya, Alara Natasya.

"APA LO BILANG BARUSAN?! UDAH JELAS-JELAS LO YANG SALAH BAWA MOTOR NGEBUT BEGITU DAN INI TUH LAPANGAN SEKOLAH! MAU GUE BERDIRI DI TENGAH JUGA, NGGAK AKAN ADA YANG PROTES! EMANG INI JALAN PUNYA NENEK MOYANG LO?!" balas Alara sembari melampiaskan rasa kesalnya.

Tidak, ia tidak khawatir jika dirinya terluka. Justru ia malah khawatir jika ia terluka lalu air merasakannya. Air mungkin akan segera mencari Gio untuk menghukumnya.

"Eh? Iya maaf. Gue yang salah. Sorry, maafin gue!" ucap Gio. Bukannya apa-apa, Alara adalah temannya sejak kecil. Orang tua Alara sudah mengenalnya dengan baik jadi jika ia membuat Alara lecet sedikit saja dan orang tuanya tahu, mungkin nyawanya tidak akan selamat.

"Awas lo ngebut-ngebut kayak gitu lagi. Gue gorok leher lo!" ancam Alara pada Gio dan pria itu langsung berkeringat dingin.

Tanpa menunggu balasan apapun lagi dari Gio, Alara segera naik ke kelasnya dengan melewati anak tangga untuk segera bercerita pada Seraphina dan Carissa dengan kejadian aneh tadi.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang