(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
Malam ini, angin berhembus dengan sangat kencang. Hal-hal yang dibicarakan oleh dirinya, Carissa, dan Seraphina terus memenuhi kepalanya. Ia berusaha untuk tertidur tetapi tetap tidak bisa.
Pada akhirnya, Alara memutuskan untuk keluar dari rumah secara diam-diam dan pergi ke sungai untuk bertemu dengan Air.
Alara sendiri saat ini sedang memakai pakaian tidur dengan jaket tebal agar tidak mati kedinginan di luar. Saat sampai, Alara mendudukkan dirinya pada salah satu batu yang bertempat di sungai itu.
"Air."
"Ini aku, Alara. Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu."
"Demi apapun, ini benar-benar penting!"
Suasana tiba-tiba menjadi sangat sunyi. Alara menunggu hingga sepuluh menit disana tetapi tidak ada jawaban dari Air sama sekali. Ia ingin pulang tetapi ia butuh penjelasan jadi ia akan menunggu lebih lama lagi.
'Apa yang penting sampai kau datang malam-malam begini?'
Suara yang terdengar serak dan berat itu, Alara tertegun sejenak hingga ia menyadari bahwa Air sudah datang padanya.
"Ini soal anima tanah."
'Tidak ada yang menarik dari anima tanah.'
"Bisa nggak, kau menjelaskan tentang anima tanah itu padaku meski kau merasa nggak tertarik sama sekali?"
'Aku sudah bilang bahwa tidak ada yang menarik dari dia. Tanah juga cerita padaku jika dia bisa menukar animanya, dia akan menukarnya.'
"Apa itu karena anima tanah menyebalkan?"
'Daripada menyebalkan, dia lebih ke arah yang berbahaya. Ku harap, kau tidak dekat-dekat dengannya.'
"Aku.. sepertinya aku udah bertemu dengannya, anima tanah."
'Apa?'
"Tapi aku nggak tau bagaimana cara memastikannya."
'Ambil saja satu helai rambutnya lalu bakar. Jika rambutnya tidak bereaksi saat dibakar dan justru malah bersinar terang, maka itu benar-benar dia.'
"Tapi itu nggak akan mudah. Gimana caranya aku bisa ambil sehelai rambutnya?"
'..........'
"Nggak ada saran?"
'Ku dengar dari tanah, dia cukup peka.'
"Jawabanmu itu membuatku putus asa."
Alara menghembuskan napasnya lelah. Ia tidak menyangka jika semuanya akan sesulit ini, bahkan Air pun sama sekali tidak memiliki saran untuknya.
'Lakukan saja saat dia lengah.'
"Caranya?"
'Dia suka jadi pusat perhatian.'
***
Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Carissa berdecak kesal karena ia tidak bisa tidur meski sudah berusaha sekalipun. Insomnia-nya menjadi lebih parah sekarang.
Gadis itu pada akhirnya memutuskan untuk mengambil korek api yang berada di laci meja belajarnya dan menyalakannya. Ia memejamkan matanya dan bibirnya tampak bergerak seolah sedang memanggil sesuatu.
Tidak butuh waktu lama. Sebuah suara yang cukup berat menyapa indra pendengarannya. Carissa tahu, Api sudah muncul. Ia tersenyum senang hingga senyumnya luntur saat Api mengatakan sesuatu yang membuatnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...