(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi dan bel masuk telah berbunyi. Para murid Briliant High School segera masuk ke kelas mereka masing-masing untuk bersiap belajar. Hal itu juga berlaku bagi murid kelas XI IPA 1 yang sedang terburu-buru memasuki kelas mereka.
Tepat setelah bel masuk berbunyi, guru matematika masuk ke kelas XI IPA 1 dengan membawa sebuah amplop coklat besar.
"Saya dengar insiden lab kimia yang terbakar kemarin dan saya beserta guru-guru lain sangat bersyukur karena kebakaran itu tidak menelan korban jiwa dan bahkan api pun dengan cepat dipadamkan. Maka dari itu, kita bisa ulangan harian tanpa kekurangan suatu apa pun saat ini."
"Baik, kalian tidak lupa kan kalau ada ulangan hatian matematika hari ini? Saya akan membagikan kertasnya dan kalian harus segera mengisinya. Jam setengah sembilan, semuanya sudah harus selesai."
"Ini kalian hadir semua?" tanya guru matematika.
"Hadir semua, pak!" ucap murid kelas XI IPA 1 seraya serempak.
Guru matematika itu tanpa basa-basi segera membagikan kertas ulangan yang ada di amplop coklat besarnya dan memulai ulangannya dengan segera.
Suasana kelas XI IPA 1 sekarang tampak sangat sepi. Mungkin itu karena mereka sedang sibuk mengisi jawaban dan memikirkan cara yang tepat untuk menemukan hasilnya. Berkat belajarnya dari semalam, Alara mengisi ujian itu dengan mudah dan Seraphina pun juga tampak mengisi ujian itu dengan sangat mudah.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan dan Alara tinggal menyelesaikan beberapa nomor lagi untuk bisa mengumpulkan kertas ulangannya ke depan. Dari belakang, Carissa berbisik memanggil Alara.
"Alara," panggil Carissa tetapi tidak ada sahutan apa pun dari Alara.
Alara menoleh ke arah belakang dengan pelan agar tidak ketahuan oleh gurunya, "Apa sih, anjir?"
"Anter gue ke toilet, yuk!" ucap Carissa.
"Nanti aja apa. Nanggung banget ini, gue tinggal ngejawab satu pertanyaan lagi," balas Alara.
"Ih, tapi gue kebeletnya sekarang!" ucap Carissa kembali seraya menahan perutnya yang terasa mules. Alara tentu berdecak kesal dan melihat ekspresi Alara yang seperti itu, tiba-tiba saja ada sebuah ide yang terbesit di pikiran Carissa. "Toiletnya ngelewatin kelas crush lo."
Dan sontak, Alara berdiri dan berjalan ke arah guru matematika. "Pak, saya izin ke toilet sama Carissa."
"Jangan lama-lama," ucap guru matematika.
Carissa hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan tingkah Alara. Ia segera berjalan ke arah toilet bersama dengan Alara di sampingnya, seperti apa yang ia katakan jika toiletnya melewati kelas crush Alara.Alara menunggu di luar toilet dengan rasa bosan. Carissa tiba-tiba muncul dari belakangnya dan mengagetkan gadis itu.
"Lama banget sih lo," protes Alara.
"Cuma lima menit doang, anjir. Lama dari mana?!" ucap Carissa sembari menurunkan gulungan baju di lengannya.
Mata Alara seketika membelalak terkejut. Ia menarik lengan Carissa dengan paksa, "Ini apa?!"
Carissa sendiri tampak terkejut meski hanya sebentar. Wajahnya tiba-tiba menjadi datar, "Bukan apa-apa."
"Apanya yang bukan apa-apa?! Lo ngelukain tangan lo sendiri? Lo selfharm? Kenapa?" tanya Alara berturut-turut. Tentu gadis itu sangat khawatir dengan kondisi temannya. Itu adalah pertama kalinya bagi Alara melihat orang yang suka menyayat tangannya sendiri ketika sedang berada dalam masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...