Diskusi

298 0 0
                                    

(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ

"GABRIEL!"

Sang pemilik nama itu segera menoleh ke asal sumber suara yang sedang memanggil namanya dengan kencang seperti itu. Benar-benar tidak memiliki etika dan sopan santun.

Meski begitu, Gabriel tidak terlalu mempermasalahkannya karena gadis itu juga memilih pada siapa ia akan bersikap sopan santun.

Tentu, Gabriel tahu bahwa meski Alara bodoh, gadis itu masih ingin hidup. Lagipula ia sedang sendiri saat ini dan Alara juga tahu tempat untuk berperilaku bodoh.

"Sekarang apa lagi?" tanya Gabriel seraya menghela napasnya lelah.

"Aku ingin pergi. Tadi aku ingin menemui Samuel atau Sri Paus untuk pamit tapi mereka sedang tidak ada jadi aku menemuimu," jawab Alara.

Benar, Samuel dan Sri Paus sedang tidak berada di kuil karena mereka diundang secara khusus ke Kekaisaran Howard untuk menjadi bagian terpenting dari acara itu tentunya. Acara itu adalah acara pernikahan.

Gabriel memperhatikan Alara dari atas hingga bawah. Pria itu terkekeh saat melihat Alara memakai jubah yang terlihat kebesaran di tubuhnya yang kecil itu, 'Menggemaskan.'

Alara yang melihat Gabriel terkekeh, membelakkan matanya terkejut. "Ka-Kau?! Apa kau baru saja tertawa? Apa-apaan ini? Benar-benar sebuah keajaiban dunia!"

Gabriel yang menyadari itu berpura-pura terbatuk dan mengembalikan wajah datarnya seperti biasa, "Memangnya kau ingin pergi ke mana dengan jubah itu?"

"Ini rahasia!" Alara menjijitkan kakinya dan berbisik di telinga Gabriel dengan pelan. "Seraphina ingin bertemu denganku sekarang."

'A-Apa?' Gabriel benar-benar tidak bisa mencerna semuanya saat ini. Entah apa yang terjadi tetapi tiba-tiba saja jantungnya berdegup dengan kencang, bahkan wajahnya pun juga ikut memerah. 'Perasaan apa ini? Kenapa rasanya aku seperti ingin meledak?'

Alara mengernyitkan keningnya dengan heran, "Kau kenapa? Wajahmu memerah, kau demam?"

"E-Eh? Sepertinya iya?"

"Kau harus jaga kesehatan. Akhir-akhir ini cuacanya memang tidak menentu jadi wajar jika kau jatuh sakit."

Gabriel menganggukkan kepalanya mengerti. Mungkin memang ucapan Alara ada benarnya tetapi kenapa ia merasa sangat asing dengan perasaan itu? Seperti sulit dijelaskan.

"Ya sudah kalau begitu istirahat sana karena aku juga akan pergi."

"Kau tidak ingin kutemani?"

"Aku bisa sendiri kok. Lagipula kali ini aku sudah mengetahui jalannya jadi kau istirahat saja hingga kau benar-benar merasa sembuh."

"Kalau begitu, kau harus hati-hati."

"Aku ini memiliki elemen air jadi jangan khawatirkan aku."

"Siapa juga yang khawatir padamu?"

"Wah, benar-benar pria sialan."

"Aku bercanda."

Gabriel tersenyum kecil seraya mengusak rambut Alara dengan acak. Alara hanya bisa tersenyum pada pria itu sembari mengutuknya dalam hati.

Ia sedang berada dalam suasana hati yang baik saat ini jadi ia akan menahan emosinya untuk hari ini saja.

"Aku akan kembali," setelah mengucapkan hal itu, Alara segera pergi layaknya hembusan angin. Entah apa yang terjadi tetapi Gabriel tahu jika pertemuan mereka pasti ada hubungannya dengan surat undangan itu.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang