(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
"Dia tidak boleh mati."
"Tentu saja, dia harus menderita seumur hidupnya. Aku tidak akan terima jika kau membunuhnya dengan cepat."
"Mana mungkin. Dia telah aku tempatkan di penjara bawah tanah istana ini dan dijaga oleh sekelompok Troll. Dia tidak akan bisa keluar dengan mudah."
"Bagus kalau begitu."
Alara menatap Gabriel lalu menatap pada apa yang ada dibelakang pria itu, Belevia Kaeiljan, putri sulung dari Alpha Kaeiljan. Ia berjalan menghampiri gadis kecil itu lalu berlutut untuk menyamakan tingginya. Ia mengusak rambut Belevia dengan lembut, "Apa kau sedih?"
Belevia menggelengkan kepalanya. Meski begitu, Alara bisa merasakan bahwa ada rasa sedih dari sorot mata gadis itu, "Di mana kamar ayahmu?"
Saat Belevia ingin membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Alara. Seraphina telah memanggil gadis itu terlebih dahulu dengan wajah yang berkerut tidak suka, "Alara."
"Tolong jangan halangi aku untuk kali ini, Seraphina. Tolong hormati keputusanku juga. Ada banyak orang yang membutuhkanku dan aku tidak bisa menutup mata untuk hal itu."
Seraphina mengepalkan kedua tangannya dengan kesal. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain lalu pergi meninggalkan Alara di tempat itu dan lebih memilih untuk pergi menuju ke kamar Carissa untuk mengecek kondisi temannya yang masih tertidur dengan nyenyak hingga saat ini.
"Apa Yang Mulia marah pada saya?"
Alara melirik ke arah Belevia yang bertanya seperti itu padanya. Ia menggelengkan kepalanya sembari tersenyum dengan hangat pada gadis kecil itu, "Dia memang seperti itu. Jangan terlalu dipikirkan."
"Tetapi Yang Mulia memang benar. Kondisimu setelah itu mungkin akan sama jadinya seperti Lady Zevinna."
Gabriel menatap Alara dengan sedih. Meski ia baru saja melihat bahwa Alara tengah tersenyum, senyuman itu rasanya benar-benar berbeda dari sebelumnya. Terasa seperti kosong dan hampa.
"Benar. Kau pasti akan kesulitan jika aku tidak sadarkan diri juga, bukan?"
"Jangan berkata demikian. Aku sama sekali tidak merasa direpotkan olehmu."
"Tenang saja. Aku tahu batasanku, kok."
"Jadi, kau akan mengatasi bencana kekeringan ini?"
"Aku akan berusaha semampuku untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi."
Gabriel menganggukkan kepalanya setuju. Ia mengangkat Balevia dan menggendongnya di dekapannya. "Kalau begitu, mari ikuti aku. Aku akan menunjukkanmu kamar Alpha Kaeiljan."
Alara yang melihat pemandangan itu terkekeh. Ia mengikuti langkah Gabriel dari belakang. "Kau benar-benar terlihat seperti seorang ayah."
"Aku tidak akan menikah seumur hidupku. Aku itu Kardinal."
"Iya, aku tahu tapi siapa tahu jika suatu saat nanti kau akan menemukan gadis yang kau sukai lalu kau melepas jabatanmu dan menghabiskan waktumu seumur hidup dengannya."
"Tidak ada gadis yang kusukai."
Bohong. Tentu saja, Gabriel menyukai gadis yang saat ini tengah mengikuti langkahnya. Seorang gadis dengan manik mata dan rambut berwarna biru lautnya. Seorang gadis yang baru saja terkekeh padanya.
Alara hanya diam saja karena tidak tahu harus berkata apa lagi. Ia akhirnya menggunakan elemennya untuk membantu pasukan-pasukan miliknya yang memiliki gejala dehidrasi lalu membantu Seraphina untuk mengatasi kekeringan di daerah-daerah tertentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...