(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
Di pagi hari dengan cuaca yang cukup cerah saat ini, seorang pria tengah berjalan di antara kebunnya. Menemui beberapa bunga cantik yang bermekaran di musim semi kali ini.
"Aku tidak mengerti mengapa kau begitu menyukai bunga," seorang gadis yang berada di samping pria itu, menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Bukan aku," balas pria itu.
"Lalu?" tanya gadis itu.
"Teman kecilku," jawab pria itu seraya tersenyum lembut karena mengingat semua kenangan masa kecilnya.
"Jujur saja, Gio! Ah, tidak maksudku Raphael. Kau menyukai Alara bukankah begitu?" tanya gadis itu pada Raphael.
"Tidak, jangan sok tahu. Lagipula panggil aku dengan sebutan Duke! Dasar tidak sopan," ucap Raphael seraya berdecak kesal. "Kalau saja aku tidak menyelamatkanmu saat itu. Mungkin kau sudah berada dalam pengawasan Kaisar, Carissa."
Carissa yang mendengar pernyataan itu mengerutkan keningnya tidak terima, "Oh jadi kau tidak ikhlas?!"
"Mana ada kata ikhlas? Di dunia ini tidak ada yang namanya ikhlas. Semua pasti mengharapkan sebuah imbalan, dasar bodoh!" maki Raphael pada Carissa.
Carissa yang mendengar makian itu menjadi sangat kesal.Ia berjalan ke arah sebuah pohon yang memiliki bunga paling indah dan menaruh telapak tangannya di batang pohon itu, "Maki sekali lagi coba dan akan ku buat pohon ini habis terbakar. Tidak, mungkin satu tamanmu ini juga akan habis terbakar."
"Jauhkan tanganmu dari pohon itu," pinta Raphael seraya tersenyum licik. "Atau, aku akan mengirimmu pada Kaisar."
"Oh jadi gitu ancamannya?!" pekik Carissa dengan kencang.
"Maka dari itu jauhkan tanganmu, Lady Velland yang terhormat," ucap Raphael masih dengan mengulas senyumnya.
Carissa memutar bola matanya malas. Ia menurut dan melepaskan tangannya dari batang pohon tersebut. Ia kemudian berjalan kembali di samping Raphael seraya mengerucutkan bibirnya kesal.
"Salam hormat saya pada Duke Velland."
Seorang pria dengan jubah hitam tiba-tiba muncul dan membungkuk hormat pada Raphael. Carissa membelakkan matanya terkejut. Demi apapun gadis itu benar-benar terkejut, "Wah kau pelihara hantu, ya?!"
"Apa ada pergerakan yang mencurigakan?" tanya Raphael pada pria berjubah hitam itu.
"Lady Isabel telah datang ke dunia ini, Duke. Dia datang bersama seorang gadis di sampingnya. Hanya saja, saya tidak tahu itu siapa," jawab pria itu.
"Sebutkan ciri-cirinya," pinta Carissa ketika instingnya mulai merasa tidak enak.
"Rambut dan matanya memiliki warna yang sama dan warna itu adalah biru laut," jawab pria itu kembali.
Carissa benar-benar terkejut ketika ia mendengar ciri-ciri fisik yang disebutkan oleh pria itu, "ITU ALARA! AKU YAKIN 100% DIA ALARA!"
Raphael yang mendengar pernyataan Carissa pun juga ikut terkejut. Tidak, ia tidak menyangka bahwa Alara akan datang sendiri ke dunia yang berbahaya ini. Di kondisi dimana Alara sedang bertengkar dengan Carissa dan Seraphina, gadis itu sendiri. Ia tidak memiliki bantuan.
"Tetapi terlepas dari semua itu. Duke, saya melihat ada pergerakan dari kuil. Seseorang telah menuju di tengah perbatasan antara portal dan Kekaisaran Erde. Sepertinya akan terjadi sebuah tragedi," ucap pria berjubah itu dengan sorot mata yang sangat serius.
"Kuil juga ikut bergerak? Sebenarnya apa yang terjadi?" gumam Raphael.
"Perintahkan yang lain untuk mengawasi kuil. Jika benar gadis itu adalah Alara Natasya, dia adalah milik Velland. Tidak ada yang boleh melukainya meski hanya sehelai rambut," ucap Raphael dengan sorot tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...