(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
Dua hari telah berlalu dan Gabriel dengan sibuk mengobati seluruh pasukan yang terluka dari kemarin. Semenjak peperangan itu, entah mengapa Xavier terus mengikuti setiap langkah Alara bahkan di upacara kematian kali ini.
Upacara kematian itu dihadiri oleh Seraphina dan Alara secara khususnya lalu ada Sri Paus dan Samuel yang membantu mengisi upacara kematian itu untuk mendoakan bagi jasad dan keluarga yang ditinggalkan jasad itu.
Setelah upacara kematian bagi para pasukan yang telah berkorban di medan perang saat itu. Kali ini adalah upacara kematian bagi para ksatria yang telah berkorban dan salah satu dari ksatria itu terdapat Daniel William di dalamnya.
Tidak ada Carissa. Gadis itu tidak sadarkan diri hingga saat ini. Jadi, Seraphina dan Alara yang akan mewakili gadis itu. Seraphina dan Alara secara khusus menaburkan bunga di kuburan Daniel sebagai bentuk penghormatan untuk yang terakhir kalinya.
Lalu upacara itu berlanjut hingga tiba di upacara yang terakhir yaitu penguburan dua orang adik dan kakak yang kuburannya sengaja dibuat berdampingan.
Itu adalah Elios dan Raphael. Di gundukan tanah kedua pria itu terdapat kedua foto mereka yang berwajah datar dengan pakaian bangsawan mereka masing-masing.
Tidak ada senyuman atau tangisan saat itu. Raut wajah Seraphina dan Alara terlihat sama. Mereka sama sekali tidak dalam suasana hati yang baik. Hanya ada sedikit kekosongan dan kehampaan di hati mereka setelah sosok yang mereka cintai sama-sama pergi.
Kedua gadis itu tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi Carissa nanti ketika gadis itu sadar bahwa pria yang ia cintai telah dikubur dan ia tidak akan pernah bisa untuk melihatnya lagi selamanya.
Lalu kali ini adalah upacara kematian Laura. Terdapat foto gadis itu di depan batu nisannya. Laura tersenyum dengan manis di foto itu. Meski jasad Laura belum ditemukan dan Alara masih tidak percaya bahwa Laura telah meninggal, upacara itu tetap dilaksanakan. Alara menaburkan kembali bunga-bunga pada gundukan tanah milik gadis itu.
Upacara itu akhirnya selesai setelah tiga jam lamanya. Ada banyak orang yang terlihat menangis di setiap makam yang berbeda-beda. Saat Alara dan Seraphina ingin melangkahkan kakinya untuk kembali pulang, Xavier segera menahan lengan Alara.
"Mohon ikut saya."
Alara melirik ke arah Seraphina sejenak hingga gadis itu menganggukkan kepalanya seolah mengatakan tidak apa-apa. Akhirnya, Alara mengikuti langkah Xavier dan pria itu membawa dirinya ke sebuah tempat yang cukup sepi.
"Apa yang ingin kau katakan?"
"Ini tentang Duke."
*Deg
Jantung Alara berdegup dengan kencang ketika mendengar Xavier yang menyebut gelar Raphael dengan tegas. "Apa itu?"
Xavier segera menyerahkan kertas surat yang ia bawa sedari tadi pada Alara. Gadis itu mengerutkan keningnya dengan heran, "Apa ini?"
"Surat yang ditulis oleh Duke secara khusus. Itu adalah surat wasiatnya."
"Mengapa kau memberinya padaku?"
"Itu karena surat itu menyebutkan nama anda di dalamnya."
Alara menerima surat itu. Ia menghembuskan napasnya sejenak sebelum mengumpulkan keberanian untuk membaca satu per satu kata yang terdapat di surat itu dengan seksama.
Untuk penerus dari wilayah yang akan aku tinggalkan, Alara Natasya, gadis yang aku cintai dari awal hingga akhir.
Bagaimana kabarmu? Aku harap aku tidak perlu menulis surat seperti ini karena aku berharap bahwa kita bisa menjalankan hidup bersama tetapi ketika kau membaca surat ini, mungkin saat ini aku benar-benar telah tiada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...