(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
Alara yang melihat itu begitu terkejut, Carissa pun tidak kalah terkejutnya. Sebuah api kecil segera merembet ke cairan lain dan menyebabkan kebakaran secara cepat dan menimbulkan api yang tadinya kecil menjadi sangat besar.
Para murid yang masih berada di sana untuk membereskan peralatan, segera berlari untuk menyelamatkan diri.
Alara yang ingin menarik lengan Carissa untuk segera keluar, tiba-tiba aja terhalang dengan kobaran api yang muncul di depannya. Dadanya terasa sesak tiba-tiba.
"ALARA! CARISSA!" pekik Seraphina dari luar.
Carissa yang melihat Alara ingin mendekatinya sembari terbatuk, menghela napasnya sejenak. "Alara, jangan mendekat. Lo bisa kebakar lebih baik lo keluar aja."
"Gimana bisa gue keluar dan ninggalin lo kebakar jadi abu di sini!"
"Gue nggak akan kebakar atau bahkan jadi abu sekalipun."
"Apa sih? Lo ngomong apa? Jangan ngomong hal-hal yang mustahil."
"Hah, kayaknya gue udah nggak bisa nyembunyiin ini lebih lama lagi."
"Hah? Maksud lo?"
Sungguh, Alara membelalakkan matanya terkejut saat melihat manik mata Carissa berubah menjadi warna merah. Bukan hanya itu, rambut Carissa bahkan berubah menjadi warna merah menyala.
Dengan tangannya, Carissa menyingkirkan api yang menghalangi jalan antara dirinya dan Alara. "Gue tau, lo nggak akan mau lagi temenan sama gue setelah ini, setelah tau kalau gue monster, kan?"
Alara terdiam selama beberapa detik, "Monster? Kenapa lo nganggep diri lo sendiri sebagai monster? Sayangnya, lo salah karena kalau begitu, gue juga artinya adalah bagian dari monster itu sendiri."
Jika tadi Alara yang membelakkan matanya terkejut maka sekarang Carissa lah yang membelakkan matanya terkejut. Sungguh, ia tidak menyangka bahwa Alara sama seperti dirinya.
"Kalau lo nganggep diri lo sebagai monster api, itu artinya gue monster air, gitu?"
Manik mata Alara serta rambutnya pun sontak berubah menjadi warna biru laut. Dari telunjuknya, Alara mengalirkan air dan meneteskannya ke bawah.
Carissa yang melihat itu tertawa dengan kencang, "Jadi kita sama-sama monster nih?"
Alara memutar bola matanya malas. Ia memejamkan matanya dan wujudnya sebagai manusia biasa kembali, "Serap api ini. Elemen gue air dan sekarang gue udah nggak tahan. Lo tau, elemen kita bertabrakan."
"Kenapa? Jangan bilang kalau sekarang rasanya elemen air yang ada di tubuh lo mau meledak?" tebak Carissa.
Alara tentu saja berdecak kesal, "Udah cepet! Ntar kalau apinya udah reda. Lo pura-pura pingsan aja."
"Terus ntar lo yang gendong gue?" tanya Carissa.
"Idih, ogah banget. Gue seret lah," jawab Alara ketus.
"Sialan," maki Carissa pada Alara.
Setelah puas memaki, Carissa benar-benar menyerap setengah api yang berada di sana lalu berakting pingsan dan berakhir dengan Alara yang merangkulnya keluar dari lab kimia yang terbakar itu.
Pemadam kebakaran tampak menyiramkan air ke dalam lab kimia itu untuk meredakan api yang sekarang mulai terkendali. Dalam hati Alara berdecak kesal, 'Dasar nggak guna.'
Tentu saja, Carissa hanya menyerap setengah dari api yang ada agar pemadam kebakaran tidak curiga karena jika Carissa benar-benar menyerap semua api, tentu itu akan terlihat sangat aneh. Hal itu juga merupakan saran dari Alara. Carissa juga sudah merubah dirinya kembali menjadi manusia biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...