(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ
Di pagi hari dengan suasana yang terasa sangat nyaman seperti saat ini, Seraphina berjalan-jalan di sekitar taman yang tersedia di Kekaisaran Erde. Bunga-bunga lily yang tumbuh dan mekar dengan indah di taman itu begitu membuat penglihatannya menjadi segar.
Ia berniat untuk menyegarkan pikirannya, hanya saja ia memutar bola matanya malas ketika melihat Laura dari balik arahnya. Ia tetap terus berjalan tanpa menghiraukan Laura yang terus-menerus menatapnya dengan tajam.
"Kau akan merasakan bagaimana perasaan yang kurasakan selama ini dan itu akan berjalan tidak lama lagi," ucap Laura yang berhasil menghentikan langkah Seraphina.
Seraphina menoleh dan tersenyum lebar pada Laura, "Kalau begitu, aku akan menunggunya."
"Kau sendiri tahu bahwa aku tidak main-main sekarang, bukan?"
"Kau berharap, aku akan takut pada ancamanmu?"
"Apa kau berpikir, Yang Mulia benar-benar mencintaimu? Yang Mulia hanya memanfaatkanmu, tahu?!"
"Kau ternyata segitu irinya denganku, ya? Tapi bagaimana, dong? Yang Mulia sepertinya tulus mencintaiku."
"Kau—!!"
"Apa yang akan kau lakukan dengan itu, Laura?"
Seraphina tersenyum miring ketika melihat Laura yang kehabisan kata-kata. Sedangkan, Laura mengepalkan tangannya dengan kesal. Pada akhirnya, Seraphina melangkahkan kakinya untuk pergi seraya meninggalkan Laura yang penuh dengan amarah saat ini.
Itu adalah ajaran yang pernah diajarkan oleh Alara pada Seraphina. Bagaimana cara untuk mematikan lawan bicara dengan melihat situasi yang ada. Untungnya, Seraphina dapat memahami ajaran itu dengan cepat hingga akhirnya ia bisa bersikap tegas sendiri tanpa dibantu oleh kedua temannya.
Kehadiran Laura benar-benar menghancurkan suasana hatinya saat ini. Seraphina akhirnya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan dan mencari buku untuk dibacanya saat ia sedang bosan seperti saat ini.
Di sisi lain, Alara tengah bersiap-siap untuk menghadiri acara sosial yang diadakan kuil. Kali ini, ia akan berangkat bersama dengan Gabriel dan Samuel tanpa kehadiran Sri Paus karena ia sedang sibuk.
Setelah selesai bersiap-siap, ia segera berjalan ke arah tengah kuil untuk menghampiri Gabriel dan Samuel yang mungkin sedang menunggunya.
Sesampainya ia di ruang tengah, kedua pria itu ternyata memang sedang menunggunya dengan Samuel yang memakai pakaian berwarna ungu gelap seluruhnya serta Gabriel yang memakai pakaian berwarna merah pekat dari atas hingga ujung kakinya.
Kedua pria itu memakai pakaian berwarna gelap, sedangkan Alara memakai pakaian berwarna terang sendiri. Gadis itu sedikit merasa kecewa, "Kalian sudah janjian memakai warna gelap, ya?!"
"Apa maksudmu?" tanya Gabriel tak mengerti.
"Kami tidak janjian. Ini memang warna khas kami. Ciri khas dari Uskup Agung memang pakaiannya yang selalu berwarna ungu, berbeda dengan Kardinal yang ciri khas pakaiannya berwarna merah," jelas Samuel.
"Warna pakaian saja ditentukan?" tanya Alara tak habis pikir.
"Itu dilakukan hanya jika sedang berada dalam pertemuan yang resmi," jawab Gabriel yang langsung diangguki mengerti oleh Alara.
"Kalau begitu, kita akan berangkat memakai apa?" tanya Alara kembali.
"Apa kau bisa mengendarai kuda?" tanya Samuel balik pada Alara.
"Aku? Seharusnya sih bisa karena dulu aku sering mengendarai kuda saat liburan," jawab Alara.
"Meski begitu, akan lebih baik jika kau tidak mengendarai kuda sendiri. Pilihlah, apa kau ingin ikut denganku atau Samuel," ucap Gabriel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
FantasyBagaimana jika ternyata anima dari elemen utama seperti air, api, angin, dan tanah bertemu? Ini hanya kisah persahabatan antara anima air, api, dan angin yang harus melawan anima tanah karena tidak menginginkan untuk menjadi bawahan dari Kaisar Erde...