Mimpi

297 0 0
                                    

(つ≧▽≦)つ Happy Reading (つ≧▽≦)つ

"Elios," jawab Seraphina.

"APA?!" pekik Carissa. Sedangkan, Alara hanya bisa membelakkan matanya terkejut karena ia tidak benar-benar tidak menyangka hal itu.

Alara dan Carissa saling bertatapan lalu mereka saling mengangguk seolah kedua gadis itu sedang bertelepati dan mengerti apa yang harus dilakukan. Mereka berdua akhirnya berjalan mendekati Seraphina dan Seraphina hanya bisa mengernyitkan keningnya heran.

"Kalian mau ngapain?" tanya Seraphina yang tangan kanan dan kirinya langsung dipegang erat oleh Alara dan Carissa tetapi kedua gadis itu tidak menjawabnya.

Sedetik kemudian mereka sudah berada di tempat yang berbeda.

"Sekarang apa?"

"Kenapa kalian membawaku ke sini?!"

Benar, Alara dan Carissa baru saja membawa Seraphina ke pasar Kekaisaran Erde. Seraphina benar-benar protes pada kedua temannya itu karena membawanya secara paksa.

"Untuk mencuci otakmu," jawab Alara.

"Otakku baik-baik saja!" balas Seraphina dengan kesal.

"Tidak. Otakmu konslet, bodoh!" balas Carissa.

"Apa sih? Memang salah ya kalau aku memiliki perasaan seperti itu pada Elios?" gumam Seraphina.

"YA JELAS SALAH LAH, DODOL!" pekik Alara dan Carissa secara bersamaan.

"Dia itu musuh kita," ucap Alara.

"Itu benar dan kau hanya akan mencari penyakit jika menyukai pria itu," balas Carissa seraya menyetujui ucapan Alara.

"Tapi kan, kita tidak pernah tahu pada siapa kita akan jatuh cinta," ucap Seraphina seraya mengerucutkan bibirnya kesal.

"Hapus perasaanmu itu sebelum pria itu benar-benar menguasai hatimu," balas Alara.

"Iya, aku tahu kok! Tentu saja, aku tahu kalau perasaan itu harus ku hapus agar aku tidak tenggelam nantinya," ucap Seraphina seraya menghela napasnya lelah.

Alara dan Carissa yang mendengar hal itu, seketika merasa bersalah. Benar, jika saja Seraphina tidak mengorbankan dirinya untuk berada di samping Elios agar mereka aman, mungkin gadis itu tidak akan memiliki perasaan seperti itu pada Elios.

*Bruk

Seorang anak kecil tiba-tiba menabrak Carissa dari belakang dan karena tubuhnya yang masih kecil, anak kecil itu jatuh kebelakang dan menangis dengan keras.

Carissa yang menyadari bahwa gadis itu baru ditabrak sesuatu segera menoleh ke belakang dan mendapati anak kecil itu sudah menangis terlebih dahulu.

Dengan terkejut, Carissa segera berjongkok dan menyamakan tingginya dengan anak kecil itu, "Maaf. Sakit ya?"

'Dih freak,' batin Alara dan Seraphina secara bersamaan.

"Lah dia yang lari, dia yang nabrak, dia juga yang nangis," bisik Seraphina pada Alara seraya menatap anak kecil itu dengan aneh.

"Cari perhatian itu. Liat saja, kita jadi pusat perhatian sekarang," balas Alara seraya berdecak kesal.

"Aduh, bantuin dong!" pinta Carissa seraya menatap Alara dan Seraphina bergantian. Hanya saja kedua orang itu menatap ke arah lain seolah tidak peduli. "Kalian tuh ya benar-benar deh!"

Entah mungkin karena nada suara Carissa yang meninggi saat berbicara dengan Alara dan Seraphina atau apa, anak kecil itu semakin menangis dengan keras.

"Astaga, aku benar-benar minta maaf. Ada yang sakit ya? Ku mohon bilang saja padaku," ucap Carissa dengan panik.

EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang