33. Brackets

10.6K 569 32
                                    

Happy Reading

--------------

"Elvan sialan!! "

"Banyak banget ini. "

"Huhuhu, "

Tangannya menggosok-gosok tanda yang di buat oleh pria itu, jika hanya satu atau dua Qyura tak masalah. Tapi ini memenuhi leher jenjangnya, belum yang dibelakang tengkuknya.

"Akhh,, mana udah siang lagi. Bisa-bisa gue telat masuk sekolah. "

"Berapa banyak foundation yang harus gue pake buat nutupin ini?? " Gerutunya.

Mengabaikan permasalahan di lehernya, Qyura dengan segera membersihkan dirinya. Matahari sudah muncul dan dia belum siap untuk berangkat sekolah.

Dengan kilat dia sudah keluar dari kamar mandi. Apesnya, seragam sekolahnya tak ada di apartemen Elvan, sehingga untuk sementara dia menggunakan pakaian biasa dulu, setelah itu dia akan pulang kerumah untuk berganti seragam.

Tadinya dia ingin meminta tolong kepada Elvan untuk menyuruh bawahannya mengambilkan perlengkapan sekolahnya.

Akan tetapi saat dia membuka mata, pria itu sudah tak ada di sampingnya. Padahal semalam dia masih anteng mendekap nya.

Setelah selesai, dengan langkah tergesa dia meninggalkan kamar, tak banyak waktu yang dia punya, dari apartemen ke rumahnya membutuhkan waktu sedikit lama, dan belum lagi nanti ke sekolah.

Tangannya memasukkan beberapa dikit pasword pintu apartemen tersebut.

Percobaan pertama, gagal. Mungkin karna buru-buru dia salah menekan angka.

Percobaan kedua, dia masukkan kembali enam digit huruf yang sering dia gunakan. Gagal.

"Ck,, bikin lama deh. Udah siang juga. "

Kembali, dia masukkan lagi pasword untuk apartemen itu. Kali ini dia melakukannya dengan pelan dan satu-satu. Gagal.

"Come on!! Pasword itu udah sering gue gunain. Kenapa salah?? " Kesalnya. Dia memasukkan kembali kombinasi angka, namun kali ini berbeda, dan hasilnya.

Akses ditolak, gunakan id card.

"Oh shit!! "

Bruk brukk

Dia memukul pintu itu dengan penuh kekesalan. Seharusnya dia menyadari, bukan dia yang salah memasukkan pasword tapi pintu itu yang memang sudah di ganti pasword nya.

Dengan napas memburu dia mengacak kasar rambutnya. Dalam hati dia menyebutkan berbagai umpatan untun Elvan.

Dia dikurung??

Tidak ingin membuang waktunya untuk pemikiran yang tak berguna, dia berjalan kearah nakas, meja, dan tempat lainnya untuk mencari kartu akses apartemen tersebut. Berharap pria itu meninggalkannya.

Bagaimanapun dia harus bisa keluar dari sana dan berangkat sekolah. Menjelang ujian, tidak bisa membuatnya hanya berleha-leha atau melewatkan satu hari untuk membolos. Jika tertinggal satu tugas saja, itu akan membuatnya sedikit keteteran.

"Fuck."

Tempat dilantai satu dan dua sudah dia geledah, tapi dia tak menemukannya. Kamar, yang menjadi kemungkinan besar kartu itu disimpan sudah dia cari sedetail mungkin.

Namun hasilnya nihil.

"Ponsel sialan, pas lagi dibutuhin gak ada. " Gerutunya. Semalam, ketika Elvan memanggulnya layak karung beras, slingbag miliknya terjatuh, dan didalam slingbag itu terdapat ponsel miliknya.

Silent and Alone ( Tamat ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang