Happy Reading
••••••
Bruk
"Astaga, maaf. Saya tidak sengaja. " panik Qyura saat tubuhnya tak sengaja menubruk tubuh seseorang.
Dia terlalu fokus dengan gadget nya untuk memesan transportasi yang akan membawanya kerumah sampai tak melihat jalanan di hadapannya.
Kepalanya yang tertunduk mendongak melihat kepada orang yang tak sengaja dia tubruk tadi.
Tampan
Qyura mengagumi wajah pria itu yang memang tampan, apalagi balutan jas yang membungkus tubuh kekar pria itu semakin menambah karismatik nya.
Matanya mengerjap dan kemudian menyipit, dia merasa familiar dengan wajah pria dihadapan nya. Namun ntah dimana dia pernah melihatnya.
"It's okay. Lain kali hati-hati nona. Sebaiknya berhenti dulu jika ingin bermain ponsel. Jika orang lain yang kau tabrak, aku tak yakin mereka tidak akan memarahamu. Beruntung karna aku yang kamu tabrak, aku bisa memaklumi nya. "
" Ah iya sekali lagi saya minta maaf. Ini memang kesalahan saya. " Ulangnya dengan senyum terpaksa, dia sedikit tak suka dengan penuturan pria itu. Walaupun memang benar, disini sepenuhnya salah dirinya.
"Saya sedikit buru-buru, maaf sudah menghambat perjalanan anda. Saya duluan, permisi. " Dia merapatkan penutup hoodie yang dipakainya dan berlalu dari sana, lagian tidak ada yang perlu di ganti atau hal lainnya.
"Pak, sesuai tujuan di handphone yak. " Ucapnya kepada supir taksi online yang di pesannya.
Qyura memilih memejamkan mata sebentar karna waktu yang ditempuh untuk sampai ke tempat tujuan lumayan lama.
Setelah sampai di tempat yang dituju, dia berbicara sebentar kepada supir, serta kembali memakai penutup hoodie di kepalanya yang terlepas dan keluar dari mobil dengan kepala sedikit menunduk.
7 menit lagi, gue harus lebih dulu sampai.
Langkah nya sedikit cepat, dan masuk kedalam lift. Beruntung karna masih pagi, jadi tidak ada lagi orang selain dirinya di lift tersebut.
Ting
Qyura keluar dari lift, matanya bergulir melihat nomor-nomor pintu yang tertera disana. Mencari pintu yang akan dituju nya.
That's it, 229.
Letaknya kamar itu terletak 3 kamar dari ujung. Qyura buru-buru berbalik agar tidak ada yang mengetahui keberadaannya.
Dilantai apartemen itu terdapat sekitar 20 kamar dengan posisi lorong yang berbentuk L jika diukur dari tempat lift.
Qyura menunduk sambil memainkan ponselnya, saat dibelokan lorong itu langkah nya sedikit melambat ketika mendengar suara langkah ketukan pentopel dengan ubin yang terdengar mendekat. Dia tak mendongak, hanya melirik dari ujung matanya dan memastikan kalo benar ada orang yang berlawanan arah berjalan ke arahnya.
Genggaman tangan di ponselnya mengerat saat mereka berpapasan, Qyura menelan ludah kasar dengan hati yeng bergemuruh. Aroma parfum itu sangat melekat di ingatannya dan bisa lansung dia tebak orang yang memakai nya tanpa harus melihat si pemakai itu. Karna aroma parfumnya sangat khas dan menenangkan.
Langkah Qyura terhenti, telinganya mempertajam suara langkah itu yang semakin jauh. Kemudian dia berbalik dan mengintip dari belokan lorong itu.
Matanya sedikit memanas, dia berbalik dan pergi dengan segala perasaan yang berkecamuk dan membuncah dihatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent and Alone ( Tamat )
Fiksi Remaja"Pulang sekarang atau saya yang akan jemput kamu kesana !!!" Ucapnya dibalik telpon dengan suara rendah dan tenang. "Kenapa dia bisa tau gue nggak dirumah, fuck,,fuck,,fuck,,!!" Gerutunya pelan kepada orang di sebrang telpon. "Saya dengar, baby!!" U...