Bab 6

1.4K 61 0
                                    

Happy Reading!!!

***

Laura baru saja melakukan visit kamar, dan ia memutuskan untuk tidak langsung ke ruangannya karena kebetulan hari ini pekerjaannya sudah selesai meski pun jam baru saja menunjukkan pukul tiga sore. Jadi taman di bagian samping rumah sakit lah yang menjadi tujuan Laura saat ini. Ia ingin bersantai sejenak, menghirup udara untuk menenangkan pikirannya yang sejak beberapa hari ini di penuhi dengan sosok Kaivan.

Segala hal yang Kai lakukan tentu membuat Laura risi, kesal sekaligus terkesan. Selama beberapa minggu ini Laura memang melihat bahkan merasakan langsung perubahan laki-laki itu. Dia tidak seperti dulu. Kai lebih terkendali dan bisa mengontrol emosinya. Laki-laki itu juga tidak terlihat memiliki perempuan lain, bahkan saat di goda beberapa perawat, dokter dan keluarga pasien Laura, Kai terlihat risi dan memilih bersembunyi di belakangnya, seolah meminta perlindungan. Padahal dulu Laura begitu tahu bagaimana seorang Kaivan terhadap perempuan. Di hadapan Laura yang saat itu menjabat kekasihnya saja Kai berani melayangkan godaan pada perempuan lain. Mungkinkah Kai sudah benar-benar berubah sekarang?

"Aku cari ke mana-mana ternyata malah duduk di sini."

Laura menolehkan kepalanya saat sapaan itu terdengar tepat di belakangnya.

"Lo ngapain di sini?" Laura mendengus tak suka saat laki-laki yang menjadi sumber pikirannya melangkah dengan senyum manis andalannya, lalu duduk di kursi besi yang sama.

"Ketemu kamu," jawab Kai tanpa sedikit pun tersinggung dengan nada ketus Laura dan tatapan tak ramahnya. Masih ingat bukan bahwa Kai saat ini sedang berusaha meluluhkan kembali mantan pacarnya yang masih dirinya cintai. Jadi bagaimanapun reaksi Laura menyambut kedatangannya akan Kai terima dengan senang hati. Tapi bukan berarti ketika sudah luluh Kai akan berubah, ia akan terus berusaha bersikap baik dan sabar menghadapi Laura.

"Udah terima undangan reuni?" tanya Kai saat bermenit-menit terlewati dengan kebisuan karena Laura yang tidak juga berinisiatif membuka obrolan.

"Gak tahu," jawab ketus Laura seperti biasanya.

"Kok gak tahu?" heran Kai yang langsung mendapat dengusan dari perempuan cantik di sampingnya.

"Lo pikir gue manusia pengangguran?!" Laura memutar bola matanya jengah. "Dari pagi gue di rumah sakit, mana tahu ada undangan atau enggak," ujarnya kemudian, nadanya masih juga tidak berubah, ketus dan sinis. Benar-benar tidak bersahabat.

"Ya, siapa tahu kan undangannya di kirim ke sini," Kai mengedikkan bahunya singkat. Itu tidak mustahil karena undangan untuk Kai pun tiba di restorannya siang tadi.

"Siapa yang tahu gue kerja di sini? Satu tahun gue balik ke Indonesia, belum pernah sekali pun berpapasan sama yang gue kenal dari SMA. Kecuali lo!" serunya tajam di akhir kalimat. "Padahal lo yang gak mau gue temuin," lanjutnya dengan nada yang sarat akan emosi.

"Kamu gak ngasih tahu teman-teman kamu memangnya kalau kamu pulang?" alis Kai terangkat sebelah, merasa heran karena bisa-bisanya Laura tidak bertemu dengan satu pun teman SMA mereka, padahal selama ini Kai bahkan begitu sering berpapasan dengan teman-teman seangkatannya, terlebih lagi di restoran.

"Emang ada yang tahu gue pergi?"

Kai diam, mengingat bahwa Laura tidak pernah terdengar lagi kabar selesai kelulusan, bahkan reuni tiga tahun lalu sosoknya hadir dan tidak ada yang tahu ke mana Laura pergi. Jika tidak ada perjodohan ini pun Kai tidak yakin bisa tahu jika Laura telah kembali.

"Selama ini memangnya kamu gak pernah komunikasi dengan sahab-"

"Gue gak percaya lo lupa kejadian dulu," potong Laura cepat, lalu bangkit dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan Kai yang terpaku setelah melihat sorot matanya yang terluka.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang