Bab 44

647 28 0
                                    

Happy Reading!!!

***

"Lengket banget itu, pakai lem apa sih, Kai?” sindir Rapa saat Kai dan Laura datang ke rumah Lyra-Pandu, dengan tangan Kai yang merangkul mesra pinggang istrinya.

“Lem cinta, Bang,” jawab Kai seraya menjatuhkan satu kecupan di puncak kepala sang istri, membuat perempuan itu merona, dan mengalihkan salah tingkahnya dengan mencubit pinggang Kai. Rapa yang menyaksikan itu mendengus lalu memutar bola matanya.

“Dasar bucin!” cibirnya melengos pergi.

“Bilang aja lo syirik karena gak bisa mesra-mesraan sama Kak Queen,” balas Laura membuat langkah Rapa terhenti dan menoleh untuk memberikan adik iparnya tatapan tajam, namun tentu saja itu tidak membuat Laura takut. “Arra aja udah bisa nilai seberapa menyebalkannya lo, Bang, makanya dia gak mau mama-nya dekat-dekat lo,” lanjut Laura di susul tawa mengejek. Membuat Rapa semakin sebal dan melepas sendal jepit yang dikenakannya untuk di lemparkan pada adik ipar yang kehilangan jiwa tenangnya.

“Lo udah nikah tambah resek, Dek!” kesal Rapa, yang semakin membuat Laura terbahak.

Memang Laura akui bahwa setelah menikah dengan Kai, dirinya lebih ekspresif. Yang biasanya malas menanggapi candaan Rapa, sekarang justru Laura senang menimpali, membalas cibiran Rapa dan membuat kakak iparnya itu kesal. Padahal biasanya Laura cukup melayangkan delikannya, maka semua selesai. Tidak pernah ada perdebatan apalagi tawa penuh kepuasan.

Sekarang entah mengapa Laura berubah seperti ini, entah karena sifat aslinya yang terpendam, atau gara-gara kebahagiaan yang tidak bisa dirinya tahan. Yang jelas semua berkat Kai. Laura selalu merasa lega setiap kali bersama Kai, beban yang sejak dulu tersimpan sedikit demi sedikit hilang, digantikan dengan kebahagiaan yang tidak pernah Laura bayangkan sebelumnya. Seumur hidup, tidak pernah Laura merasa selepas ini.

Puas membuat kakak iparnya kesal, Laura melenggang pergi menuju para orang tua yang tengah berkumpul di halaman belakang rumah, duduk santai di gazebo sambil menikmati kudapan yang tersedia. Dan Laura datang bersama Kai atas permintaan para orang tua, tentu saja untuk membahas resepsi yang akan di laksanakan tidak lama lagi. Padahal sebelumnya mereka sedang asyik menikmati waktu berdua di rumah Leo yang sepi itu.

“Ela gak judes lagi ya setelah nikah,” ledek Pandu begitu melihat kedatangan putrinya yang tersenyum lebar.

Leo yang mendengar itu pun langsung menoleh, dan mengakui bahwa apa yang besannya katakan memang benar. Laura tidak lagi sependiam dulu, bahkan wajah datarnya hilang tak bersisa. Diam-diam Leo mengulas senyum. Senang melihat putri bungsunya juga bahagia, menyusul sang kakak yang sudah lebih dulu bahagia dengan pilihan orang tuanya.

“Kita gak salah emang nikahin Ela sama Kai,” timpal Lyra ikut bahagia.

“Ela yang minta dinikahin, loh Bun, jangan lupa,” ralat Laura.

“Heleh, tetap aja kalau bukan Bunda sama Angga yang niat jodohin kalian, kamu belum tentu menikah sekarang,” delik Lyra tak ingin kalah.

“Belum tentu lah, Bun. Kalau Tuhan sudah menakdirkan Ela sama Kai jodoh, tanpa Bunda jodohin juga Ela pasti nikah sama Kai,” bantah Laura.

“Tapi tetap aja, kalau sejak awal Bunda gak adain perjodohan ini, kamu belum tentu juga ketemu Kai, apalagi kerjaan kamu ngurung di rumah,” Lyra mencebikkan bibirnya ke arah sang putri. “Anak muda, kok, sukanya rebahan. Gak gaul kamu, La!” lanjutnya mencibir.

“Ya, namanya takdir siapa yang tahu,” Laura mengangkat kedua bahunya singkat. “Kali aja, Ela sama Kai ketemu di rumah sakit. Namanya orang udah jodoh, apa pun akan terjadi demi bersatu, Bun.”

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang