Bab 48

504 34 0
                                    

Happy Reading!!

***

Swedia sepertinya memang negara yang cocok untuk Leo yang dalam proses penyembuhan. Selain ketenangan yang di dapat, udara dan lingkungannya pun bersih. Membuat siapa saja yang tinggal di negara ini merasa nyaman, apalagi tidak adanya kemacetan seperti di Indonesia. Belum apa-apa Laura sudah merasa betah. Dan sepertinya sang papi pun merasakan hal yang sama meskipun senyum itu belum dapat terukir di bibirnya. Tapi setidaknya wajah pucat dan murung Leo selama satu minggu belakangan sudah berangsur segar, dan pria itu mau melangkahkan kaki keluar dari kamar meskipun di teras pun hanya duduk diam tanpa melakukan apa-apa dan hanya menanggapi obrolan Kai dengan singkat-singkat.

Hari ini adalah bulan ketiga mereka berada di negara asing yang tentu saja baru Kai dan Leo singgahi. Berbeda dengan Laura yang sebelumnya pernah berkunjung saat masih kuliah dulu, menyambangi kediaman temannya yang merupakan seorang saat itu mengambil jurusan psikolog. Berbeda memang, tapi tidak membuat keduanya asing. Laura mengenal sahabatnya itu ketika ada acara kampus yang melibatkan semua mahasiswi. Sejak itu keduanya sering bertemu dan mengobrol hingga akhirnya akrab dan berteman hingga saat ini.

Sebelumnya Laura sudah membicarakan kondisi papinya pada sang sahabat dan rekam medis Leo pun sudah Laura serahkan untuk di pelajari oleh Svea, sahabat Laura. Dan dia bilang bahwa sebenarnya tidak banyak yang harus dilakukan untuk menyembuhkan Leo. Karena pria itu masih berada di batas kesadaran.

Leo hanya perlu di beri pengarahan dan motivasi. Mengganti imajinasinya dengan hal-hal nyata tanpa menghilangkan kenangan yang pria itu miliki dengan si istri. Leo hanya perlu menerima dan sadar bahwa yang selama ini dia anggap hidup, tidak lagi berada di sisinya. Terdengar mudah memang, tapi itu cukup sulit dilakukan, apalagi jika Leo terus mengelak kenyataan yang sebenarnya. Itu juga yang menjadi alasan Leo tidak sembuh-sembuh dari kesedihannya selama ini. Tapi sekarang Laura berharap Leo bisa membuka hati dan juga pikirannya.

Minggu pertama dan kedua masih tidak ada perubahan, Leo masih tetap bungkam meskipun Svea berusaha mengajaknya ngobrol hal-hal yang menyenangkan. Minggu ketiga dan keempat Leo sudah mulai memberikan ekspresi-ekspresi sesuai dengan cerita yang di dengarnya. Sedangkan di bulan kedua, Leo sudah mulai berani menceritakan kesedihannya. Leo bercerita pada Svea seperti tengah curhat pada sahabat dekat.

Pria tua itu menceritakan awal mula bertemunya dengan Luna, awal dari pernikahannya yang selalu di tentang perempuan itu hingga kebahagiaannya memiliki putri yang sudah sejak awal Luna jodohkan dengan anak dari tetangganya. Hingga pada akhirnya kisah menyakitkan itu meluncur, dimana Leo mendengar pengakuan bahwa sang istri sakit.

“Bagai di terjang badai yang begitu besar, tubuhku kaku dan napasku tercekat. Aku tidak bisa berkata selain hanya menariknya ke dalam pelukan, meyakinkan Luna bahwa dia akan sembuh. Namun jauh di dalam lubuk hati, aku merasa tak yakin, aku merasa bahwa inilah detik-detik kami bersama. Hingga akhirnya apa yang aku takutkan terjadi. Tanpa peduli aku siap atau tidak, Luna menghembuskan napas terakhirnya tepat dalam pelukanku. Sakit rasanya, ditinggalkan olehnya di saat aku belum cukup membahagiakannya,”

Bukan hanya Leo yang meneteskan bulir bening dalam mata terpejamnya, tapi Laura pun tidak kalah sesaknya saat mendengar semua itu. Air matanya tidak mampu di bendung, membuat Kai yang tidak pernah pergi dari sisi istrinya merengkuh tubuh rapuh Laura untuk menenangkannya.

“Jantungku bagai diremas tangan tak kasat mata saat tubuh kaku istriku mulai di jatuhi tanah hingga sosoknya benar-benar tidak terlihat lagi. Aku ingin berteriak, aku ingin mencegah orang-orang mengubur istriku, tapi aku tidak sanggup. Aku tidak mampu melakukan itu. Hanya meratap sambil memeluk potretnya yang saat itu aku lakukan, sampai pikiran untuk menyusulnya melayang-layang di benakku. Niat itu ingin segera aku lakukan, namun kesadaran kembali mengambil alih kewarasanku. Anak-anak adalah alasan aku bertahan dengan janji bahwa aku akan membuat mereka bahagia. Memastikan Queen dan Ela mendapatkan seseorang yang bisa menjaga dan menyayangi mereka melebihi aku. Meskipun itu terasa menyiksa, aku tetap bertekad, karena itulah janji terakhirku sebelum Luna benar-benar pergi.”

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang