bab 37

707 39 7
                                    

Happy Reading!!

***

“Mau makan dimana?” tanya Kai saat mereka berada di perjalanan menuju butik yang alamatnya sudah Lyra kirimkan satu jam lalu.

“Makan bakso gimana?” liriknya pada sang suami yang fokus menyetir. Kai mengangguk setuju, lalu melirik kanan kiri, mencari kedai bakso yang bisa mereka singgahi untuk makan siang kali ini.

Begitu mendapat tempat yang cukup strategis dan juga bersih, Kai membelokkan mobilnya, dan memarkirkannya dengan aman sebelum kemudian turun dan masuk ke kedai bakso yang cukup ramai itu.

“Baksonya dua Mang, yang satu jangan pakai tetelan sama seledri,” ucap Laura pada si penjual sebelum kemudian mencari meja kosong. Diam-diam Kai mengulas senyumnya. Tidak menyangka bahwa Laura masih mengingat seleranya. Semakin hari Kai semakin mencintai istri cantiknya itu. Laura benar-benar manis dengan caranya yang sederhana dan misterius. Di balik rautnya yang tidak peduli, ada memori yang menyimpan ingatan tentang hal-hal kecil seperti ini, yang membuat Kai tersentuh.

“Jangan banyak-banyak sambelnya, Yang.” Cegah Kai begitu Laura memasukkan sambal ke dalam mangkuk baksonya, membuat perempuan itu mendelik. Pasalnya ia baru saja memasukkan satu sendok, tapi respons Kai seperti dirinya yang sudah memasukkan sepuluh sendok sambal. Menyebalkan bukan?

“Aku cuma ngingetin, Yang. Aku gak mau sampai kamu sakit perut,” ucap Kai mengulurkan tangan, mengusak sayang rambut istri cantiknya itu.

Laura mengangguk pada akhirnya dan niat awal yang akan menambahkan banyak sambal urung dilakukan. Selain patuh pada sang suami, Laura juga tidak ingin membuat Kai khawatir nantinya karena omelan Kai akan melebihi cerewetnya sang bunda.

Tidak lama waktu yang keduanya habiskan di kedai bakso itu karena begitu mangkuk masing-masing kosong Kai dan Laura melanjutkan perjalanan menuju butik, dimana Lyra dan Indah sudah menunggu.

“Dari mana aja sih, hah, lama banget?!” kesal Lyra begitu Kai dan Laura masuk ke dalam butik yang terpajang berbagai macam model gaun pengantin, mulai dari yang simple hingga yang glamor dan ribet ketika digunakan.

“Makan bakso dulu, Bun, laper,” jawab Laura apa adanya.

“Kalian enak-enakan makan bakso sedangkan Bunda sama Mama Indah nunggu kalian dengan bosan, dan dengan tidak berprikeanakannya kamu gak bawain buat kita?” Lyra menggeleng tak habis pikir. “Benar-benar anak durhaka kamu, La,” lanjutnya kesal.

“Ck, Bunda tinggal bilang mau aja sampai seribet itu ngocehnya,” Laura memutar bola matanya bosan. “Nanti pulang dari sini Ela beliin bakso sama gerobaknya sekalian, biar Bunda jualan di depan rumah.” Ujar Laura santai, lalu duduk di sofa bersampingan dengan Indah sementara Kai duduk disisi Lyra yang mulutnya masih komat kamit dengan tatapan sebal yang tertuju pada Laura.

Lyra memang harus banyak-banyak elus dada memiliki anak seperti Laura yang di hasilkan dari benihnya Leo. Tapi untung sih, karena jika hasil dari benih Pandu, Lyra tidak yakin akan sedatar dan sedingin apa Laura sekarang. Persilangan Leo-Luna saja sudah seperti ini.

“Mama tadi udah pilih beberapa. Kamu cobain gih,” ucap Indah kepada menantunya, lalu meminta salah satu karyawan di butik itu untuk membantu Laura mencoba gaun yang menurutnya bagus dan akan cocok di gunakan oleh Laura.

“Kamu mau pesan jas disini apa butik langganan kamu?” Indah beralih pada putranya.

Kai yang sedang membuka-buka majalah dan katalog yang ada di meja mengalihkan tatapannya. “Di langganan aja, nanti Kai minta di serasiin aja sama gaun Laura.”

Indah mengangguk kecil sebagai respons lalu kembali melirik pada Lyra dan mulai membicarakan perihal dekorasi yang akan mereka gunakan untuk pesta pernikahan. Lyra mengusulkan beberapa WO yang dirinya ketahui, dan hari ini setelah selesai dari butik, para ibu yang masih terlihat cantik di usia tuanya itu akan langsung mengurusnya.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang