Bab 4

1.8K 79 4
                                    

Happy Reading!!!

***

"Selamat pagi calon istri," sapa Kaivan dengan senyum tampannya yang selalu sukses menjerat wanita mana pun. Namun kali ini malah justru tidak mempan untuk Laura, karena perempuan itu malah justru mendengus, terlihat kesal dengan kedatangannya. Bukti bahwa Laura memang tidak pernah mengharapkan kehadirannya.

"Lo ngapain pagi-pagi datang ke sini? Kemarin bukannya udah gue bilang kalau hari ini gue gak kerja?" ketus Laura.

Kaivan tidak sedikitpun menyurutkan senyumnya, laki-laki itu memilih menghampiri Laura dan berdiri tepat tiga langkah kecil di depannya.

"Aku tahu. Tapi berhubung hari ini juga aku libur jadi mau ngajak kamu jalan. Gimana, mau?"

Laura mengerutkan keningnya dalam, menatap laki-laki di depannya dengan mata memicing curiga. Laura tahu, Kaivan bohong tentang libur. Dia hanya bersikap seenaknya mentang-mentang dialah bosnya. Libur hanyalah alasan agar bisa bertemu Laura dan mengajak jalan dirinya, tapi jangan harap ia mau.

Ck, jangan mimpi! Lagi pula ia libur bukan untuk menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak berguna. Laura memiliki kepentingan yang pastinya tidak berhubungan dengan Kaivan.

"Gak bisa, gue sibuk," jawabnya tanpa menghilangkan keketusannya. Setelahnya Laura melangkah melewati Kaivan begitu saja. Laura akan ke rumah sebelah untuk meminta sarapan seperti biasa.

Kaivan menatap kepergian Laura dengan sedih, penolakan-penolakan yang diberikan perempuan itu jujur saja membuat Kai rendah diri. Ia tidak yakin bisa meluluhkan perempuan itu, mendapatkan maafnya, dan juga kesempatan untuk kembali bersama, memperbaiki semua yang sudah dirinya hancurkan di masa lalu.

Menarik dan menghembuskan napasnya kembali dengan perlahan, Kai akhirnya mengejar langkah Laura yang sudah hampir tiba di gerbang hingga kini mereka berjalan bersisian.

Laura sudah jelas melayangkan tatapan tak sukanya, tapi Kaivan memilih untuk mengabaikan itu. Ia ingat ucapan papanya tempo hari, bahwa dirinya harus sabar dan berjuang, karena sekeras apa pun perempuan pada akhirnya mereka akan luluh juga jika diberi perhatian, pengertian dan kelembutan.

Saat SMA dulu Laura cukup sulit dirinya taklukkan, jadi sekali lagi menaklukkannya seharusnya tidak masalah. Semoga saja kali ini Kai berhasil lagi. Dan ia berjanji setelah ini tidak akan menyia-nyiakan Laura seperti dulu.

"Hebat banget lo, Dek, pagi-pagi udah di apelin aja," entah itu ejekan atau ketakjuban, yang jelas Laura kesal mendengar kalimat kakak iparnya itu. Ia memilih mengabaikan Rapa dan masuk ke dalam rumah, tanpa mengajak Kaivan sama sekali. Masa bodo dia mau masuk atau tidak. Namun ternyata Kai tetap mengekor dan itu membuat Laura lagi-lagi mendengus kecil. Untuk pagi ini, belum dua jam dirinya membuka mata entah sudah berapa banyak dengusan yang dikeluarkannya, dan itu gara-gara seorang Kaivan. Hari yang seharusnya tenang malah jadi menyebalkan gara-gara laki-laki tidak tahu malu dan keras kepala itu.

"Yang sabar ngadepin cewek judes kayak Si Ela, Kai. Atau lebih baik lo cari cewek lain aja, deh, soalnya dia lebih peduli sama setan-setannya dari pada sama lo," teriak Rapa berujar sebelum Kai dan Laura melangkah lebih masuk ke dalam rumah. Dan teriakan itu berhasil membuat Laura balik badan, melayangkan tatapan super tajam pada kakak iparnya itu.

"Cari mati lo, Bang!"

Tawa Rapa pecah melihat kekesalan adik dari istrinya itu. Menggoda Laura memang begitu menyenangkan untuk Rapa, sama halnya dengan menggoda papi mertuanya. Anak sama papi memang sama-sama emosian. Rapa menggelengkan kepala pelan.

"Gue mau cari duit, Dek, bukan cari mati. Itu mah nanti Tuhan yang nentuin," jawab Rapa masih berniat menggoda sang ipar. Kekesalan Laura dan sang papi mertua adalah semangatnya. Sayang hari ini pria tua itu tidak ada. Jadilah sejak sarapan tadi Rapa tidak mendapat asupan semangat yang cukup.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang