bab 55

459 29 0
                                    

Happy Reading!!!

***

Selesai melakukan video call, bersama Pandu dan yang lainnya, Laura langsung berhambur memeluk suaminya dan menjatuhkan air matanya di dada bidang pria itu. Belakangan Laura memang menjadi cengeng, apalagi jika soal keluarganya di tanah air. Rindu. Itu yang Laura rasakan, apalagi di saat hamil seperti ini, jauh dari keluarga adalah hal yang paling menyedihkan.

“Setelah kandungan kamu kuat untuk perjalanan jauh, kita pulang, La. Papi juga udah kangen sama mereka,” Leo mengusap punggung putrinya yang ada dalam pelukan Kai.

Laura menarik diri, melirik papinya, menatapnya untuk beberapa saat sebelum kemudian bertanya, “Papi yakin? Bukannya Papi pengen nikmatin masa tua disini?”

“Kamu bilang katanya hidup disini mahal,” sindir Leo seraya mengingatkan apa yang pernah putri bungsunya itu katakan.

“Ya emang, tapi—”

“Kenapa? Kamu khawatir Papi gila lagi?” potong cepat Leo mendelik kesal ke arah Laura.

“Emang selama ini Papi ngerasa diri Papi gila?” tanya Laura dengan polosnya.

Meski berdecak kesal, Leo tetap mengakui bahwa dirinya memang gila. Leo yang belum siap di tinggalkan istri tercintanya saat itu membuat kewarasannya terenggut, separuh jiwanya melayang dan akal sehatnya nyaris hilang. Leo nyaris gila jika saja hatinya ikut mati.

“Tapi sekarang Papi udah benar-benar ikhlas, kok. Papi terima kepergian Mami dengan lapang dada. Maaf kalau sekiranya Papi telat mengikhlaskan, tapi kamu harus tahu bahwa itu tidak mudah. Kamu akan tahu rasanya jika suatu saat nanti su—”

“Papi doain Kai meninggal?!” potong Laura cepat, menatap tajam pria paruh baya di depannya.

“Dih, siapa yang doain?” Leo memutar bola matanya malas. “Lagi pula Papi gak mau diantara kalian merasakan seperti apa yang pernah Papi alami. Papi berharap kalian akan pergi bersama jika saatnya tiba nanti, agar tidak ada luka dan kesedihan seperti yang selama ini menjadi mimpi buruk Papi,” Leo tersenyum lembut, seraya mengusap kepala Laura dengan sayang.

“Terima kasih, La. Terima kasih sudah sabar menghadapi Papi, terima kasih karena berkat kamu Papi masih di beri kesempatan untuk hidup lebih layak seperti sekarang ini. Mami memang tidak akan pernah terganti apalagi sampai Papi lupakan, tapi sekarang Papi sadar bahwa hidup ini lebih berharga. Mami memang sudah tidak ada, tapi kenangannya selalu tersimpan. Kamu tidak perlu khawatir lagi. Papi janji tidak akan pernah melakukan hal bodoh seperti waktu itu lagi. Papi akan mensyukuri hidup ini, mendoakan Mami bahagia di keabadian sana. Karena Papi percaya di kehidupan selanjutnya Mami akan menjadi bidadari Papi.”

Lega, itu yang Laura dan Kai rasakan saat mendengar kalimat panjang lebar Leo. Laura bersyukur karena pada akhirnya sang papi bisa benar-benar ikhlas. Semoga saja jiwanya tidak kembali terguncang saat pulang nanti.

***

“Ay, bangun,” Laura menepuk pelan pipi suaminya yang terlelap nyaman di sampingnya, memeluknya dengan posesif.

“Aku pengen pasta, Ay. Bangun dong,” rengeknya mulai tak sabar karena Kai tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan bangun, sementara perutnya sudah terus berbunyi dan bayangan tentang enaknya pasta dengan saus Bolognese serasa menyangkut di tenggorokannya. Laura benar-benar sudah tidak tahan ingin makanan itu.

“Ay, bangun dong,” mata Laura mulai berkaca-kaca, terus menepuk pipi suaminya untuk membangunkan dan cubitan pelan sudah dilayangkannya, tapi tidak juga berhasil membangunkan suaminya itu hingga akhirnya Laura benar-benar menangis dan terisak hebat sambil memukul-mukul dada Kai, membuat laki-laki yang benar-benar nyenyak dalam tidurnya itu terkejut dan langsung bangun dari tidurnya. Semakin terkejut saat melihat wajah basah istrinya.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang