Bab 29

681 33 2
                                    

Happy Reading!!!

***

Meskipun berbeda dengan hari-hari biasanya sebelum tanpa Kai, Laura tetap melaluinya dengan baik. Satu minggu berlalu dan komunikasi berjalan lancar setiap pagi dan malam, cukup memberi semangat Laura sebelum melaksanakan kewajibannya sebagai dokter, dan mengantar pada nyenyaknya tidur. Tapi itu tidak berlaku untuk Kai yang merasa semakin lesu dan sulit tidur setelah melihat wajah cantik Laura di layar ponselnya ketika mereka melakukan video call.

Rindu itu bukannya berkurang tapi malah semakin bertambah dan Kai semakin tak sabar untuk segera pulang, tapi sayangnya tidak bisa ia lakukan karena pekerjaan di Bali tidak bisa dirinya tinggalkan. Sekarang Kai jadi menyesal kenapa harus ia mendirikan restoran di Bali yang membuatnya jauh dari Laura seperti ini.

Laura selalu meyakinkan bahwa sebulan bukanlah waktu yang panjang, tapi Kai justru merasakan kebalikannya, bahkan sehari saja Kai merasa setahun. Jadi jika di kalikan dengan sebulan sudah terasa tiga puluh tahun Kai harus berjauhan dengan sang tunangan. Terlalu lebay memang, tapi tetap sah untuk orang-orang yang sedang jatuh cinta seperti Kai.

Niat awalnya Kai ingin menyelesaikan masalah restorannya dengan cepat. Dua minggu adalah perkiraan yang sudah Kai perhitungkan, tapi nyatanya itu gagal ia laksanakan. Kai terlalu fokus memikirkan Laura hingga membiarkan pekerjaannya terbengkalai dan berakhir dengan penyelesaian yang tidak sesuai jadwal. Namun Kai berharap bahwa pekerjaannya tidak akan melebihi batas yang dijanjikan pada Laura untuk pulang. Satu bulan. Kai tidak ingin menambahnya lagi.

Pekerjaan yang menyibukkan memang kesenangan Kai bertahun-tahun lalu, tapi tidak untuk beberapa bulan belakangan ini. Setelah hadirnya Laura, sibuk adalah satu hal yang tidak Kai inginkan, karena yang Kai mau adalah terus di samping perempuan itu, tidak peduli penolakan, keketusan dan kekesalan Laura, Kai tetap bahagia.

Sebagai laki-laki Kai sadar bahwa dirinya terlalu lembek, ia terlalu bucin dan tunduk pada seorang perempuan. Tapi tentu orang lain tidak akan paham bagaimana menjadi dirinya yang sempat mengecewakan perempuan yang di cinta. Semua orang diluaran sana tidak akan paham perasaan takutnya karena jelas bukan mereka yang mengalami, bukan mereka yang berbuat dan penyesalan ini bukan mereka yang merasakan.

Kai tidak akan peduli omongan orang, Kai tidak akan peduli meski seluruh laki-laki di dunia mencibirnya terlalu lebay. Kai hanya ingin memperbaiki kesalahan, Kai hanya ingin membuktikan pada sosok yang dicintainya bahwa ia bersungguh-sungguh mencintai perempuan itu. Bukankah sudah sepatutnya laki-laki memuliakan perempuan? Jadi, jika masih ada yang menganggap Kai terlalu berlebihan mengenai cintanya terhadap Laura cobalah bertanya pada rumput yang bergoyang dari rahim siapa kamu dilahirkan.

Selesai meeting yang Kai habiskan dengan melamunkan Laura, kini Kai duduk diruangannya dengan ponsel di tangan, ini sudah minggu ke tiga ia berada jauh dari sang tunangan, dan di jam-jam istirahat seperti ini Kai biasa menghabiskannya dengan bertelepon atau berkirim pesan dengan Laura. Tapi untuk hari ini Kai merasa heran karena pesan yang sejak pagi dikirimkannya belum juga mendapat balasan. Tidak biasanya. Tapi Kai berusaha untuk tetap berpikir positif.

Laura adalah dokter dan pekerjaannya itu menolong pasien-pasiennya. Tidak ingin merasa galau lagi yang akan semakin menghambat kepulangannya Kai memilih untuk menyalakan komputernya membuka berkas-berkas yang ada di mejanya dan mulai memeriksanya satu per satu. Saking sibuknya, Kai sampai tidak sadar bahwa hari semakin beranjak gelap sedangkan ia belum makan apa pun sejak siang.

Merasa tidak tahan menahan laparnya lagi, Kai memilih untuk menelepon bawahannya dan meminta makanan untuk diantarkan ke ruangannya karena Kai tidak ingin meninggalkan pekerjaannya yang sedikit demi sedikit sudah mulai berkurang, tidak menumpuk seperti sebelumnya.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang