Bab 2

2.3K 112 1
                                    

Happy Reading !!!

***

Setelah berbasabasi cukup lama yang semula berlangsung di ruang tamu kini berpindah ke ruang makan karena jam sudah menunjukkan pukul delapan, itu artinya makan malam sudah sedikit terlambat. Dan kini obrolan kembali di sambung sambil menikmati hidangan yang tersaji.

Percakapan ringan seputar aktivitas harian Kai yang sebagai bos di sebuah restoran bintang lima dengan cabang yang sudah tersebar di mana-mana, juga mengenai pekerjaan Laura di rumah sakit sampai pada akhirnya sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Angga yang membuat Laura hampir saja tersedak.

"Jadi bagaimana, apa kalian menerima perjodohan ini?"

"Tidak!"

"Ya."

Laura dan Kai menjawab bersamaan dan setelahnya kedua orang itu saling melempar tatapan. Laura dengan sorot tajam sarat akan protesan sedangkan Kai dengan senyum manisnya. Ya, karena pria itulah yang menjawab 'ya' untuk perjodohan ini.

"Baiklah, karena jawaban kalian berbeda, maka kami putuskan untuk kalian berkenalan lebih dulu, saling mendekatkan diri. Setelah itu baru kalian boleh putuskan akan melanjutkannya atau tidak. Keputusan ada di tangan kalian sepenuhnya. Kami para orang tua tidak akan memaksa." Pandu memutuskan denga bijak, dan itu mendapat anggukan setuju dari para paruh baya lainnya.

Tapi tetap saja Laura tidak setuju, bukan ini yang diinginkannya. Laura ingin sebuah akhir. Ia ingin perjodohan ini tidak berlanjut dengan atau tanpa melakukan pendekatan. Laura tidak mau bertemu dengan pria itu lagi. Sungguh. Meskipun dulu Kaivan pernah menjadi sosok yang membuatnya bahagia, tidak membuat Laura ingin mengulang kisah itu lagi. Sudah cukup sekali, dulu.

***

Harapan Laura yang tidak lagi ingin bertemu nyatanya tidak terkabul karena justru setelah malam itu Laura malah semakin terjebak. Kai benar-benar keras kepala dan tidak tahu malu. Penolakan Laura diacuhkannya, dan pria itu malah makin getol menemui Laura. Entah itu di rumah, datang menawarkan tumpangan berangkat kerja atau ke rumah sakit untuk mengajaknya makan siang dan menjemputnya pulang. Dan hari ini sudah tepat satu minggu Kai menjadi sopir pribadi Laura yang amat tidak diharapkan.

"Lo bisa berhenti gak sih, Kai? Gue gak butuh lo antar jemput kayak gini karena gue masih mampu nyetir sendiri." Keluh Laura saat lagi dan lagi mendapati laki-laki itu sudah nangkring di depan lobi rumah sakit tempatnya bekerja.

"Aku tahu, tapi aku gak akan biarin calon istriku nyetir sendiri," jawabnya membuat Laura memutar bola mata jengah.

"Stop bermimpi Kai, karena sampai kapan pun gue gak akan sudi jadi istri lo!"

"Kita lihat saja nanti," cuek Kaivan seraya mengedikkan bahunya. Tidak sama sekali merasa tersinggung dengan kalimat kasar Laura. "Yuk pulang, bentar lagi hujan pasti turun," lanjut laki-laki tampan itu setelah melihat awan mendung yang menghiasi langit sore ini.

Laura mendesah lelah, lalu melangkah dan masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah Kaivan bukakan. Duduk dengan terpaksa di bangku penumpang depan. Untuk hari ini Laura malas jika harus kembali berdebat seperti hari-hari sebelumnya dengan pria itu, karena pada akhirnya Kaivan selalu saja bisa memaksanya untuk ikut. Jadi, percuma saja menghabiskan tenaga untuk menolak jika pada akhirnya tetap kalah juga.

"Makan dulu ya?" kata Kai begitu laki-laki itu duduk di balik kemudi dan siap melajukan mobilnya, keluar dari area rumah sakit.

"Gak! Gue mau langsung pulang." Tolak Laura tanpa berpikir.

"Ta-"

"Langsung pulang atau gue naik taksi?!" ancam Laura tak main-main, bahkan tangannya sudah siap membuka pintu mobil, namun dengan cepat Kai mencegah dan dengan pasrah menyetujui keinginan perempuan itu. Padahal maunya Kai menghabiskan waktu lebih lama dengan Laura, ia ingin mengobrol, membahas waktu sepuluh tahun setelah perpisahan mereka.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang