Bab 21

792 32 1
                                    

Happy Reading !!!

***

Satu jam sebelum pertunangan

Laura menatap kepergian kakak dan saudaranya masih dengan raut yang tidak bisa di jelaskan. Setelah mendengar kalimat panjang lebar dari Queen, Laura memang sedikit merasa lega. Tapi ia tetap belum bisa mengambil keputusan. Sampai akhirnya Laura berusaha memutar ulang kilasan masa lalunya dengan Kai, masa yang diawali dengan biasa saja hingga berlanjut menjadi sebuah bahagia sederhana yang tanpa sadar menerbitkan senyum dengan desir hangat yang merambat ke dalam dada, sebelum kemudian semua itu hancur berganti dengan sesak, terlebih saat kalimat kasar Kai lontarkan untuknya.

Laura tidak pernah bisa melupakan itu hingga saat ini.

“Lo ternyata gak beda jauh sama perempuan-perempuan lainnya, Anjing. Muka lo doang yang polos, hatinya busuk! Cuih. Gue nyesel pernah suka sama lo. Dasar perempuan sialan!”

“Andai Prisil tidak membongkar kebusukan lo lebih cepat mungkin gue udah jadi laki-laki bodoh yang bertahan sama cewek gak tahu diri kayak lo! Nyesel gue bela-belain setia sama lo belakangan ini kalau pada akhirnya lo sendiri kayak gini. Sampah!”

Menatap langit-langit kamarnya, Laura berusaha untuk tidak menjatuhkan air matanya saat kembali mengingat masa lalu yang meninggalkan luka. Laura benci dirinya yang cengeng, terlebih hanya karena alasan itu.

Sepuluh tahun Laura berusaha melupakannya, tapi nyatanya ia tidak bisa. Terlalu sakit untuk di kenang, tapi terlalu sulit untuk di buang. Bagaimanapun namanya luka akan terasa walau sudah ditutup sedemikian rupa.  Dan sekarang Laura benci kenapa ingatan itu malah menghantui di malam pertunangannya.

Beberapa hari yang lalu dirinya sendiri yang tidak terima Kai menyerah, lalu mengapa sekarang ia yang justru meragu?  Tuhan, apa yang harus aku lakukan. Batin Laura bertanya.

“Tolong, jangan pergi tinggalkan aku lagi. Aku menyesal, La. Aku minta maaf,” permohonan Kai beberapa waktu lalu ikut melintas, memerangi pikiran Laura yang lainnya.

Laura menjambak rambutnya sendiri, bingung harus mengambil langkah yang mana. Satu sisi luka dan kecewa itu masih membayang, tapi sisi yang lain jantungnya berdebar merasa benar setiap kali nama Kai tak sengaja terlantun dalam hati.

Laura bimbang. Ia takut kejadian dulu kembali terulang jika dirinya menerima laki-laki itu lagi, tapi juga tidak siap menyesal jika melepaskannya, mengingat perubahan Kai yang dirinya rasakan.

Di tengah kegalauan akan bingung mengambil keputusan, sosok yang telah lama pergi datang menghampiri, memberi senyum lembut yang menenangkan hati. Laura berhambur memeluk sosok sang bidadari yang selalu dirinya nanti.

“Ela senang Mami datang,” Laura menarik diri dari pelukan bidadarinya. Bibirnya mengembang, mengukir senyum kebahagiaan. “Mami pasti mau kasih Ela jawaban ‘kan?” sebuah anggukan diberikannya, membuat Laura segera menyeka air matanya yang sudah menggenang.

Sosok itu bangkit dari ranjang, berjalan menuju jendela kamar Laura yang tertutup gorden tebal. Mengintip dari sana acara yang tengah berlangsung meriah di bawah. Ada sedih dan juga bahagia yang Luna tampilkan melihat bagaimana orang-orang yang ditinggalkannya sudah mulai kembali hidup normal. Puas dengan melihatnya, Luna menoleh pada sang putri yang menatapnya seolah mohon bantuan, menjawab segala kebingungan yang melanda hati dan perasaannya untuk menentukan sebuah jalan yang harus dirinya lanjutkan.

Luna manarik sang putri ke dalam pelukan, memberikan kecupan dalam yang mungkin memang gadis itu butuhkan.

Nyaman. Itu yang Laura rasakan saat berada dalam pelukan bidadarinya. Tapi sayang kenyamanan itu tidak berlangsung lama karena sosok Luna dengan cepat menghilang, meninggalkan Laura sendiri di dalam kamar. Namun satu yang Laura dapat dari pertemuan singkatnya dengan sang mami, sebuah keyakinan yang membuat senyumnya mengembang ringan.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang