Bab 59

460 15 0
                                    

Happy Reading!!!

***

“Wow, ini panti asuhan apa penampungan korban gempa?” Maura yang baru saja datang takjub melihat bagaimana ramainya rumah Leo saat ini. “Hai bumil, kok di sini, gak istirahat?” sapa Maura pada Laura seraya melakukan cipika cipiki.

“Gak akan bisa istirahat kalau keadaan rumah kayak gini,” Laura mengedikkan bahunya. Maura mengangguk membenarkan.

“Tapi itu bayinya gak kelelahan ‘kan?” khawatirnya mengelus lembut perut Laura yang sedikit menonjol.

“Mudah-mudahan enggak,” jawab Laura tersenyum lembut, lalu melirik ke belakang Maura. Matanya memicing melihat seseorang yang berdiri kikuk dengan jarak dua meter dari posisinya.

“Miko?” tanya Laura memastikan. Maura yang semula menyapa satu per satu anggota keluarga yang lain, menoleh dan kemudian melangkah menarik Miko untuk mendekat.

“Hallo Bu Boss, selamat kembali dan selamat buat kehamilannya,” sapa Miko dengan canggung, terlebih kini keberadaannya di sadari semua orang yang menatap Miko penuh minat karena datang bersama Maura.

“Terima kasih. Tapi tunggu, kalian …?” Laura menunjuk Miko dan Maura bergantian dengan tatapan seolah memberi tanda kutip.

“Kita teman Kak, tadi gue meeting sama klien di restoran Bang Kai. Dan karena ingat kalian pulang jadi gue ajak Bang Miko sekalian buat ke sini, Andra sama Rasya juga lagi di jalan,” jelas Maura tanpa diminta.

“Ngapain mereka berdua ke sini?” tanya Kai heran.

“Mau ketemu lo, lah,” sahut suara yang tak asing namun enggan Kai dengar. Itu Rasya dan Andra. Keduanya baru saja datang dan menerobos masuk tanpa menekan bel seperti bagaimana tamu pada umumnya.

“Gue gak ngundang lo,” dengus Kai, tapi tetap menerima salam ala laki-laki yang sering mereka lakukan setiap kali bertemu.

“Bodo amat. Kita datang semau kita, gak perlu nunggu lo undang,” cibir Rasya lalu menyapa satu per satu orang yang ada di taman belakang itu.

“Sepertinya banyak yang udah kita lewatin deh, Yang?” Kai menoleh pada sang istri. “Sejak kapan mereka pada dekat gini, dan Miko … Maura?” lanjutnya menatap linglung sahabat-sahabatnya yang begitu akrab dengan keluarga besar istrinya, kecuali Miko yang masih sedikit malu-malu.

“Pastilah, lagian kita pergi juga kan cukup lama, Ay. Wajar kalau melewatkan banyak momen. Lagi pula bukannya bagus kalau mereka jadi akrab gini?” kening Laura mengerut menatap aneh suaminya.

“Ya memang, tapi teman-teman aku malu-maluin, Yang,”

“Apa bedanya sama keluarga aku? Udahlah Ay, gak perlu di pikiran, biarin aja mereka akrab gini. Lagi pula kan jadi makin asyik kalau banyak orang yang dekat,” kata Laura tidak mempermasalahkan Andra, Rasya dan Miko yang dekat dengan keluarga besarnya.

Menurutnya itu lebih bagus, semakin banyak semakin ramai. Meskipun sejak dulu Laura tidak terlalu suka keramaian tapi sekang tidak dapat dirinya pungkiri bahwa ia bahagia semua orang berkumpul dengan keakraban yang begitu hangat ini. Sepanjang hidup Laura nyaris tidak memiliki teman, jadi bersama keluarga seperti inilah Laura tidak akan merasa kesepian. Setidaknya semua berubah setelah adanya Kai dalam hidupnya.

“Masalahnya aku aja belum terlalu akrab dengan semua keluarga kamu, nama-namanya aja aku masih sering salah. Menantu di keluarga kamu aku loh, bukan Miko, Rasya apalagi Andra, tapi kok kesannya jadi mereka yang lebih dekat?”

“Ck, gak usah mulai iri, deh,” Laura memutar bola matanya jengah. “Sana berbaur biar akrab juga,” suruh Laura menujuk Andra, Rasya dan Miko yang sudah berbaur bersama Levin, Pandu, Birma dan pria lainnya. Sementara Kai malah asyik bisik-bisik dengan Laura.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang