Bab 17

842 42 1
                                    

Happy Reading !!!

***

“Berasa ngajak main anak-anak, ya, Yang, padahal nikah aja kita belum,” kekeh Kai melihat bagaimana mereka berdua sibuk mengikuti Nathan dan Nathael yang antusias dengan berbagai permainan yang ada di Universal studio. Laura sampai kewalahan dan lelah mengikutinya. Untung ada Kai, jika tidak sudah pasti dua bocah itu hilang di keramaian.

“Gak apa-apalah sekalian belajar,” respons Laura dengan santai, entah itu diucapkan dengan sadar atau tidak, yang jelas Kai senang kekasihnya tidak membantah seperti biasanya.

“Maupunya anak berapa kita nanti?” mengambil kesempatan dalam mood baik sang kekasih, Kai mulai memancing pembahasan serius tentang masa depan mereka.  Karena Jujur saja Kai sudah ingin segera berumah tangga dengan gadis itu.

“Dua anak lebih baik,” lirik Laura seraya mengedipkan sebelah matanya, kemudian bangkit dari duduk, melangkah menghampiri dua ponakannya yang masih asyik bermain. Kai sendiri mengelum senyumnya sebelum menyusul sang kekasih. Harapan besar sudah mendapat lampu hijau, semoga tidak lama lagi ia bisa sepenuhnya memiliki sang terkasih.

Sisa hari mereka di Singapura tidak hanya dihabiskan di Universal studio saja. Laura mengajak dua ponakan dan kekasihnya menuju tempat-tempat lain yang menjadi favoritnya, tempat yang tentu saja sudah Laura kenal baik mengingat dirinya cukup lama tinggal di negara ini.

Meskipun terlalu sibuk dengan kuliahnya, Laura tetap menyempatkan diri untuk mengekspor tempat-tempat di Singapura ini bersama teman-temannya.

Tidak lupa Laura juga mengabadikan momen langka ini lewat foto yang langsung Kai unggah di media sosialnya, sedangkan Laura lebih senang mengoleksinya sendiri di ponsel, tanpa membagikan setiap momen yang dirinya miliki pada dunia luar. Perbedaan yang berbanding terbalik dengan Kai.

Puas dengan bermain dan membeli oleh-oleh, keempatnya memutuskan untuk kembali ke apartemen dan istirahat sebelum besok kembali pulang ke tanah air dan mulai melakukan aktivitas seperti biasanya. Nathan dan Nathael sudah tumbang begitu tiba, begitupun dengan Kai. Hanya Laura yang masih terlihat segar meskipun hanya sedikit.

Jam di dinding masih menunjukkan pukul delapan malam, masih cukup siang untuk tertidur. Itu sebabnya Laura memilih mengemas barang-barang yang akan dirinya bawa pulang agar besok tidak terlalu kerepotan.

Yang, kamu gak istirahat?” Kai berdiri di ambang pintu kamar Laura dengan wajah lesu yang begitu ketara.

“Iya nanti. Kamu kenapa ke sini? Lanjut istirahat sana,” Kai bukannya menuruti, laki-laki itu malah justru melangkah masuk dan duduk di samping Laura yang tengah mengemas oleh-oleh mereka ke dalam koper.

Sebenarnya oleh-oleh seperti ini sudah tidak aneh untuk keluarganya tapi Lyra juga Indah sebagai ibu-ibu ingin membagi para tetangga. Entahlah niatnya memberi atau pamer, Laura tidak paham dengan pemikiran para sesepuh.

“Mau bantu kamu aja,” kata Kai mulai membuka kantong belanjaan berisi mainan si kembar yang Kai beli kemarin tanpa Laura.

“Itu beli mainan sebanyak itu buat apa coba? Nathan sama El udah besar loh, gak pernah mainin yang gituan lagi,” mata Laura membulat melihat bermacam mainan yang dibeli ponakannya. “Itu semua kamu yang bayar?”

Kai hanya mengangguk sebagai jawaban, membuat Laura berdecak seraya geleng kepala menatap mainan yang berhamburan di karpet berbulu tebal yang menjadi alas lantai kamarnya.

“Astaga, gak mungkin ini cuma abis sejuta dua juta. Gak mau tahu pokoknya ini semua harus Bang Rapa ganti. Tuh bocah nyebelin emang gak beda jauh sama Emaknya, doyan belanja!” lanjut Laura mengomel.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang