Bab 49

422 29 1
                                    

Happy Reading !!!

***

"Ay, bisa tolong lanjutin masakanku gak?” Laura menghampiri sang suami yang tengah duduk-duduk santai bersama Leo di teras depan rumah sederhananya yang ada di Swedia. Rumah yang sengaja Laura sewa dari sahabatnya demi untuk penyembuhan sang papi.

“Kamu kenapa, sakit?” Kai bangkit dari duduknya, meraih istrinya ke dalam pelukan seraya mengecek suhu tubuh Laura yang memang sedikit hangat.

Wajahnya yang pucat juga membuat Kai semakin khawatir begitu juga dengan Leo yang ikut bangkit dan meminta Kai membawa istrinya masuk ke rumah karena cuaca di luar yang memang cukup dingin.

“Aku cuma pusing dikit aja, kayaknya tubuh aku sedikit sulit beradaptasi sama cuaca di sini,” jawab Laura lemah namun masih berusaha untuk meyakinkan kedua pria tersayangnya agar tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya.

Beberapa minggu belakangan ini Laura memang sering merasa pusing dan lemas, namun tidak pernah ia menyampaikannya pada sang papi maupun Kai karena saat itu Laura masih bisa menahannya. Berbeda dengan kali ini, berdiri terlalu lama membuat mata Laura berkunang dan tubuhnya hampir tumbang jika saja tidak berpegangan kuat pada apa saja yang mudah di raihnya. Dan sekarang Laura tidak bisa memaksakan dirinya lagi. Maka dari itu pada akhirnya ia memilih untuk menghampiri Kai, dan meminta suaminya itu melanjutkan masakannya. Namun pengakuannya ini malah membuat dua pria tercintanya khawatir.

“Ya sudah, sekarang kamu istirahat, nanti biar aku lanjutkan masaknya sekaligus buatin kamu teh hangat,” Kai membaringkan tubuh istrinya di atas ranjang, lalu menarik selimut tebal hingga batas leher Laura.

“Pasti kecapean gara-gara ngurusin Papi, ya,” Leo membuka suaranya, meringis bersalah karena gara-gara keadaannya membuat sang putri terjatuh sakit.

Laura dengan cepat menggelengkan kepala, mengulurkan tangan meminta papinya itu mendekat. “Jangan menyalahkan diri sendiri, Pi, ini bukan karena Papi. Lagi pula Ela gak merasa cape, cuma lemes sama pusing dikit aja, istirahat sebentar juga sembuh. Lagi pula papi tahu sendiri kalau cuaca di Indonesia sama di sini beda,” lembut Laura menjelaskan. Tidak ingin membuat sang papi yang baru saja sembuh kembali tertekan dengan keadaannya. Laura tidak mau pria tua itu kembali seperti semula, memendam kesedihan yang berakhir dengan menyalahkan dirinya sendiri. Sudah cukup, Laura tidak ingin papinya kembali menderita.

“Kalau tahu seperti itu kenapa kamu ajak Papi ke sini? Kenapa gak ke negara lain aja yang cuacanya lebih mirip di Indonesia? Malaysia mungkin, atau—”

“Jadi Papi gak suka disini?” potong cepat Laura dengan nada yang masih berusaha sabar.

“Ya—bukan gitu, Papi suka disini. Kalau bisa Papi habisin masa tua di sini aja, gimana?”

“Gak!” seru Laura cepat. “Hidup disini mahal. Ela sama Kai gak punya uang,” ujarnya mendelik. Namun tentu saja bukan itu alasan utamanya menolak tinggal di negara tentram ini.
Laura tidak ingin papinya hidup jauh dengan keluarga yang lain. Swedia memang nyaman tapi dekat dengan keluarga lebih menyenangkan.

“Pelit,” cibir Leo melengos malas.

“Suka gak sadar diri,” balas Laura tak ingin kalah.

Kai yang melihat perdebatan kecil antara istri dan mertuanya hanya menggelengkan kepala. Belakangan ini Leo memang senang meledek putrinya, sedangkan Laura juga menjadi senang membalas. Mungkin ini gara-gara tidak ada Rapa, atau bisa jadi karena Laura bertransformasi jadi nyinyir seperti Rapa. Jiwa tenangnya di gadaikan entah untuk berapa lama dan pada siapa.

“Kalau gitu aku lanjutin masakan kamu dulu, ya, kamu istirahat. Kalau pusingnya belum reda juga bilang, jangan diam aja, nanti kita ke dokter,” peringat Kai dengan tajam, tanda bahwa dirinya tidak ingin di bantah.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang