bab 58

573 22 0
                                    

Happy Reading!!!

***

“Bagaimana kehamilan kamu, La?” tanya Queen memposisikan duduk di samping adiknya. Kini di ruang tengah hanya tinggal mereka berdua karena yang lain berpencar untuk menyiapkan makan malam dan para lelaki dari yang tua hingga muda kebagian untuk mengajak para bocah main, menjauh agar tidak mengganggu para ibu memasak.

“Menyenangkan,” jawab Laura seraya mengelus perutnya yang sedikit membukit. “Ela gak terlalu mabuk sih, cuma kadang pusing sama lemas aja. Selebihnya baik-baik aja,” melirik sang kakak di sampingnya, Laura melemparkan senyum manisnya.

“Ela gak nyangka akan hamil, bahkan sebelumnya Ela pesimis akan menikah,” lanjut Laura kembali menatap ke arah depan, senyum kecil tersungging saat ingat bertahun-tahun lalu dirinya pernah bertekad untuk terus sendiri.

“Tapi pada akhirnya kamu ‘kan yang minta dinikahin cepat-cepat?” kekeh Queen, di ikuti Laura. Yang kembali geli saat mengingat bagaimana dirinya bertekad untuk menikahi Kai tanpa sepengetahuan pria itu. Benar-benar gila dan bukan dirinya sekali.

“Untungnya Kai mencintai Ela, jadi gak ada sesal meskipun Ela harus malu saat minta restu Papi dan yang lainnya untuk siapin pernikahan.”

“Kalau sudah jodoh memang gak akan ke mana meskipun kalian sudah berpisah bahkan puluhan tahun.”

Laura mengangguki kalimat kakaknya. Lalu kembali tersenyum, masih tidak bisa menghilangkan rasa bahagianya bisa hidup bersama Kai. Laki-laki yang sejak awal sudah mencuri hatinya, namun terlalu takut untuk memulai cinta. Hingga akhirnya Laura luluh juga, dan sekarang berakhir hidup bersama.

“Kakak senang karena akhirnya kamu memiliki seseorang yang akan melindungimu, menjagamu dan mencintaimu dengan begitu tulus. Maafin Kakak karena mengambil hampir seluruh perhatian orang tua kita terlebih papi di masa kecil kita. Tapi dengan tidak tahu dirinya Kakak malah melimpahkan ketidak berdayaan Papi sama kamu. Maafin kakak,” bisik Queen di akhir kalimatnya. Kepalanya menunduk, merasa malu dan juga tidak berguna sebagai kakak dan anak. “Tapi Kakak tetap ingin mengucapkan terima kasih, karena berkat kamu, Papi sudah kembali ceria seperti dulu. Terima kasih banyak Ela. Terima kasih untuk semuanya, dan maaf untuk ketidaktahudirian Kakak,”

Laura menarik kakaknya itu ke dalam pelukan, menepuk punggung Queen dengan pelan untuk menenangkan. Jujur Laura memang terkadang kesal karena kedua orang tuanya selalu mengutamakan Queen, terlebih sang papi yang seolah tidak bisa terlepas dari anak sulungnya itu. Tapi sungguh, tidak pernah ada dendam dan kebencian yang Laura miliki pada kakaknya itu. Dan apa yang diusahakannya pada sang papi karena Laura memang benar-benar tulus ingin papinya sembuh. Bukan terpaksa sebab Queen melimpahkan ketidak berdayaan pria tua itu. Tanpa di minta oleh siapa pun, Laura akan tetap melakukan apa pun untuk papinya.

“Tidak perlu merasa bersalah, Kak, Ela gak nyalahin kakak atas perhatian Papi dan Mami yang lebih banyak tercurah kepada Kakak. Meskipun rasa cemburu itu kadang menyerbu, tapi Ela benar-benar tidak masalah, Ela paham dengan apa yang Papi dan Mami lakukan. Mereka melakukan hal yang tepat,”

Laura mendorong pelan pundak kakaknya untuk memberi jarak di antara mereka. Tangannya bergerak menyeka air mata Queen yang membuat wajah perempuan cantik tiga anak itu basah.

“Tidak ada yang perlu di sesalkan apalagi di permasalahkan dari masa lalu, sekarang yang paling penting adalah kita selalu akur dan saling menyayangi agar Mami di alam sana bahagia, dan Papi tidak darah tinggi,” ucap Laura diakhiri dengan kekehan kecilnya.

“Kita memang selalu akur ‘kan dari dulu?” tanya Queen mengernyit, berusaha mengingat bahwa mereka memang tidak pernah bertengkar sejauh ini.

“Iya, tapi Ela masih ingat Kakak pernah musuhin Ela gara-gara Ela selalu menghabiskan waktu di kamar Bang Rapa. Kakak juga selalu cemburu setiap kali Ela dekat-dekat Bang Rapa.”

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang