Bab 23

709 35 0
                                    

Happy Reading !!!

***

“Mami kamu ada di sekitar sini gak?” tanya Kai begitu mereka tiba di pemakaman.

“Ada,” jawab Laura singkat seraya meletakan bunga lily kesukaan maminya di depan batu nisan yang mengukir nama Luna lengkap dengan tanggal lahir dan wafatnya.

“Sebelah mana?” Kai celingukan mencari sosok yang ingin dilihatnya.

“Di sini,” Laura menunjuk dadanya sendiri, mengatakan pada Kai bahwa sang mami berada di hatinya.

Tidak ada kalimat yang keluar dari bibir Kaivan setelah mendengar jawaban tunangannya. Laki-laki itu malah justru menarik Laura ke dalam pelukan hangatnya yang nyaman. Mengelus punggung Laura dan berkali-kali menjatuhkan kecupan di puncak kepala perempuan cantik kesayangannya itu.

“Kita kirim doa buat mami, ya,” ajak Kai yang langsung Laura angguki.

Setiap kali datang ke tempat ini, tidak sekalipun Laura terbebas dari air matanya. Selalu saja ada setetes dua tetes yang terjatuh.

Jika biasanya, setelah mengirim doa Laura akan menceritakan segala hal yang terjadi dalam hidupnya, kali ini tidak banyak yang Laura ceritakan, karena ada Kai disisinya. Ia masih terlalu malu untuk mencurahkan isi hatinya di depan pria itu. Terlebih apa yang akan Laura ceritakan pada sang mami tentang pria itu sendiri.

Menurut Laura ini bukan saatnya Kai besar kepala dengan rasa yang ia miliki mengingat perjuangan pria itu untuk mengantongi maafnya dan meluluhkan hatinya terlalu mudah juga terlalu cepat.

Selesai dari pemakaman, Kai mengendarai mobilnya kembali menuju pusat kota, Laura meminta di antar ke mall untuk membeli beberapa barang pribadinya. Setelah itu barulah apartemen Kai yang menjadi tujuan.

Kai yang memaksa dengan alasan ingin Laura mencicipi cupcake strawberry hasil tangannya sendiri.

Pancingan yang begitu bagus untuk mengajak Laura tanpa penolakan. Dan di sinilah mereka sekarang berada, duduk di sofa ruang tengah dengan di temani film action kegemaran Kai sambil menikmati cake yang khusus Kaivan buat untuk Laura.

“Gimana, enak gak?” telunjuk Kai bergerak membersihkan krim yang menempel di sudut bibir Laura.

“Lumayan,” jawabnya tanpa menoleh sedikitpun pada laki-laki yang duduk di sampingnya itu.

Kai mendengus pelan, tidak puas dengan tanggapan sang tunangan, karena Kai Sudah lebih dulu membayangkan antusias Laura yang akan dengan refleks memeluknya, untung-untung di kasih bonus kecupan. Sayang, kenyataan tidak seindah itu.

“Besok hari minggu ‘kan? Ke pantai yuk, Yang,

“Ngapain?” Laura menaikan sebelah alisnya dengan mulut penuh kue hingga membuat pipi perempuan itu penuh. Dan Kai rasanya gatal ingin mencium tunangannya sekarang juga.

“Bulan madu,”

Pletak.

Jawaban Kai malah berakhir dengan satu geplakan dari Laura yang kerasnya tidak main-main, hingga kepala Kai merasa pening. Benar-benar super tega dan tidak berpriketunanganan.

“Sakit, Yang,” protes Kai mengusap-usap belakang kepalanya yang menjadi sasaran Laura.

“Makanya kalau bicara itu di pikir dulu. Jangan asal ceplos aja!”

“Itu juga aku hasil mikir kali, Yang. Ya kali bulan madu gak ada rencana,” Kai memutar bola matanya. Merasa bahwa ajakannya tidak ada yang salah.

“Iya, tapi sekarang belum saatnya. Lo baru ikat gue, belum miliki gue.” Terang Laura mengingatkan status mereka pada tunangannya itu.

“Salah siapa di ajak nikah langsung gak mau. Coba kalau hari itu kamu setuju, sekarang kita udah di perjalanan menuju Hawai buat bulan madu.”

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang