Bab 18

926 42 2
                                    

Happy Reading !!!

***

“Lo berdua kayak abis pulang bulan madu tahu gak?” kata sambutan yang di dapat dari Rapa membuat Laura mendengus sebal, lalu menyerahkan koper yang diseretnya pada laki-laki menyebalkan yang sayangnya harus ia akui sebagai kakak ipar. Andai boleh memilih, Laura pasti akan memilih kakak ipar yang waras.

“Kenapa gak ngabarin waktu sampai di bandara? Ayah kan bisa jemput,” Pandu memeluk sayang sang putri bungsu, menyambut kepulangannya, yang meski dua hari tetap membuatnya rindu.

“Gak apa-apa, Yah, kasian sopir taksi pada nganggur,” ucap Laura dengan wajah lelahnya yang begitu ketara.

Pandu mengangguk saja sebagai respons. Sedangkan Lyra menyentil kening anaknya itu dengan gemas. Laura memang begitu baik, jiwa kemanusiaan dan kepeduliannya benar-benar tinggi. Tidak salah sejak dulu gadis itu memiliki cita-cita menjadi seorang dokter. Sebagai orang tua yang meski tidak melahirkannya, Lyra bangga pada Laura.

“Cape Kai?” tanya Lyra menyindir calon mantunya yang terlihat lelah.

“Lumayan Tan,” jawab Kai apa adanya. Membuat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu terkekeh. Tanpa di jelaskan pun Lyra jelas tahu apa alasan Kai lelah. Siapa lagi kalau bukan si kembar. Lyra yakin calon menantunya itu kewalahan dengan keaktifan kedua cucunya karena ia pun pernah merasakan hal yang sama.

Setelah berbasa basi sebentar, Pandu mengajak anak dan calon menantunya masuk ke dalam rumah, membiarkan mereka beristirahat, sedangkan si kembar sudah lebih dulu di ajak ibunya naik ke kamar, sementara Rapa tidak ikut masuk, laki-laki itu melanjutkan langkah menuju rumah mertuanya untuk memenuhi panggilan pria tua itu. Entahlah mengapa Leo senang sekali memanggilnya hanya untuk membersihkan kolam renang. Mertua menyebalkannya itu memang paling bisa mengerjainya, mengganggu hari liburnya. Padahal ada tukang kebun yang pastinya bersedia menguras kolam jarang digunakan itu. Sial saja Leo terlalu menyayangi menantunya.

Ya, sayang jika menganggur.

“Papi oh Papi, di manakah dirimu berada wahai mertuaku?” teriak Rapa dari pintu utama kediaman Leo yang terbuka lebar di tengah suasana sepi.

“Di belakang, Bang. Buruan sini airnya udah mau kosong,” teriakan balasan itu terdengar cukup memekakkan telinga, membuat Rapa berdecak kesal dan melangkah semakin masuk menuju belakang rumah mertua kesayangannya. Namun sebelum menghampiri Leo, Rapa lebih dulu menjelajah isi kulkas, mengambil beberapa buah dan juga makanan yang ada di dalamnya dan ia bawa ke belakang, di mana tempat dirinya akan di siksa sang mertua.

“Bentar Pi, Abang isi energi dulu,” ucap Rapa begitu tiba di kolam renang yang airnya mulai terkuras. Bukannya menghampiri Leo dan mengambil alat tempurnya, Rapa malah justru duduk di kursi santai yang ada di sana, menikmati makanan yang dibawanya dari kulkas.

Leo berkacak pinggang, menatap menantunya itu dengan galak. “Cepat, jangan jadi manusia pemalas!” ujarnya seraya melempar sikat tangan yang harus Rapa gunakan untuk menggosok kolam renang yang cukup panjang dan lebar itu.

Menghela napasnya, Rapa bangkit dengan lesu, menatap nanar kolam renang yang airnya mulai kosong itu, berharap bahwa kolam yang diratapinya saat ini berubah mengecil agar tidak terlalu menguras tenaganya.

“Papi gak ikut turun ikut bersihin juga?” tanya Rapa sekadar basa-basi karena jelas ia tahu bahwa mertua tersayangnya itu tidak akan pernah membantu.

“Gak deh, Papi udah tua, nanti encoknya kambuh.”

Benar bukan? Rapa memang tidak bisa mengharapkan mertuanya itu. Untung cinta anaknya, coba kalau enggak, sudah Rapa tenggelamkan Leo sejak lama.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang