Bab 31

806 35 3
                                    

Happy Reading!!!

***

"Sekali aja salah ijab kobulnya, gue batalin nih pernikahan!” ancam Leo pada Kai yang baru saja selesai berganti pakaian setelah di tarik oleh Angga dan Pandu menuju ruang ganti yang sudah di siapkan, tepatnya kamar tamu yang berada di sebelah kamar Laura.

“Loh kok gitu, Om? Saya kan belum ada persiapan, belum hapalin ijab kobulnya juga” protes Kai panik.

Dalam hati ketar ketir merutuki semua orang yang tidak memberitahunya lebih dulu soal pernikahan ini. Membuat Kai tidak sama sekali ada persiapan.

Meskipun sudah tahu nama lengkap Laura dan Leo, tetap saja kesalahan itu bisa saja terjadi. Hati dan pikirannya memang penuh dengan nama Laura, tapi bisa saja lidahnya keseleo dan salah menyebutkan nama.

“Itu urusan lo, pokoknya sekali. Kalau gagal jangan harap ada pernikahan!” tegas Leo sebelum kemudian meninggalkan calon menantunya itu di kamar bersama Pandu dan Angga yang sejak tadi hanya mendengarkan.

“Waktu lo cuma lima menit, Kai. Telat satu menit aja lo duduk di depan penghulu, pernikahan gue batalin,” tambah Leo sebelum benar-benar menutup pintu.

“Kejam banget sih, Om!” teriak Kai frustrasi.

“Sabar Kai, mertua kamu memang gitu. Tapi soal ucapannya dia gak serius kok, Leo memang suka seenaknya, tapi itu hanya untuk melihat keseriusan calon menantunya. Bukan hanya kamu, Rapa juga dulu digituin,” ucap Pandu menenangkan Kai yang semakin panik.

“Tapi Om—”

“Sekarang mumpung masih ada waktu, coba latihan ijab kobul dulu,” Angga memotong kalimat putra satu-satunya itu.

“Yuk, latihan sama saya,” kata Pandu mengulurkan tangannya untuk Kai jabat. Dan latihan di mulai berulang kali hingga Kai lancar mengucapkannya meskipun dengan kegugupan dan pandangan yang terus tertuju pada jam yang tertempel di dinding, takut jika dirinya menghabiskan waktu lebih dari yang Leo berikan.

Merasa tidak ada lagi waktu, Kai buru-buru bangkit dari duduknya dan berlari keluar kamar meninggalkan Pandu bersama Angga yang terkejut dengan gerakan cepat Kai. Tapi setelahnya dua pria paruh baya itu menggelengkan kepala dan ikut bangkit untuk menuju ruang utama yang memang akan di jadikan sebagai tempat untuk ijab kobul hari ini.

Para keluarga yang lain sudah duduk melingkar di lantai yang beralaskan karpet tebal yang nyaman, Pak penghulu pun sudah duduk di tempat yang telah disiapkan bersama Levin yang akan menjadi saksi dari Laura. Sedangkan Leo entah di mana keberadaannya. Kai menatap sekeliling tapi sosok itu tidak juga dirinya temukan.

“Mulai lagi nih Si Leo,” gumam Pandu begitu menyusul duduk di belakang kakak iparnya.

Levin yang mendengar jelas gumamam itu menoleh dan terkekeh sebelum kemudian berucap, “Gak rela tuh pasti anaknya mau di ambil cowok lain.”

“Ada-ada aja emang besan gue,” Pandu menggelengkan kepala pelan, lalu memilih kembali bangkit dari duduknya untuk mencari Leo. Pandu tidak ingin acara yang sebentar lagi akan di mulai kacau gara-gara ketidak hadiran Leo yang sengaja bersembunyi. Mungkin.

Leo yang selalu sok-sokan tidak peduli nyatanya hatinya lebih lemah dari perempuan, terlebih itu berurusan dengan anak-anaknya. Laura yang sekarang pria itu miliki sebentar lagi harus direlakan. Pandu paham akan perasaan sahabat sekaligus besannya itu karena bagaimanapun ia pernah merasakannya. Melepas anak perempuan memang lebih berat, karena setelah ijab kobul terlaksana maka tanggung jawab sebagai ayah kepada anak perempuannya sudah terlepas sepenuhnya, beralih pada pria yang menikahi.

Sekarang Leo pasti sedang merasakan kesedihan itu. Dan tebakan Pandu terbukti saat menemukan Leo berada di kamar pria itu, sedang menangis sambil memeluk foto mendiang istrinya, Luna.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang