Bab 3

2K 97 2
                                    

Happy Reading !!!

***

"Udah waktunya jam makan siang, Dok, mau pergi keluar atau saya beliin?" tanya Nandini, asisten Laura.

"Gak usah, nanti ada yang antar makanan, kok," jawab Laura tersenyum tipis pada perempuan cantik yang usianya lebih muda dua tahun darinya.

Dini mengangguk paham, teringat akan sosok yang belakangan ini sering datang ke rumah sakit hanya untuk mengajak Laura makan siang.

"Pacarnya, ya, Dok," Dini mengedipkan matanya menggoda. "Ganteng," tambahnya dengan senyum-senyum. Laura memutar bola matanya.

"Kamu naksir? Ambil aja. Saya gak suka," ujar Laura dengan ringannya, membuat Dini membulatkan mata dengan mulut terbuka cukup lebar.

"Doter serius? Gak naksir sama cowok ganteng itu?" tanya tak percaya. Laura hanya menjawab lewat anggukan malas. Tatapannya kembali fokus pada map di depannya, membaca rekam medis pasien.

Dini geleng-gelang kepala tak habis pikir. Cowok seganteng, sekeren dan se-hot Kaivan tidak disukainya, dokter-dokter tampan di rumah sakit di tolak, keluarga pasien yang naksir di abaikan, lalu jenis laki seperti apa yang dokter cantik itu sukai?

"Dok-"

"Apa?" delik Laura langsung memotong kalimat hati-hati penuh ragu Dini. "Gak usah mikir macam-macam! Saya tidak seperti yang ada dalam pikiran aneh kamu. Tidak menyukai laki-laki seperti dia bukan berarti saya gak normal," lanjut Laura tajam, membuat Dini menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya tersenyum salah tingkah. Merasa tidak enak hati karena sudah berpikir yang macam-macam.

"Ya udah deh, kalau gitu saya makan siang duluan, ya, Dok. Permisi," pamit Dini cepat-cepat keluar.

Laura tidak memberi tanggapan, memilih kembali fokus pada map di hadapannya hingga suara knop pintu yang terbuka mengalihkannya. Hanya sesaat, setelahnya Laura mengabaikan seseorang yang masuk tanpa permisi itu.

"Udahan dulu kerjanya, sekarang makan. Ini sengaja aku bawa dari restoranku, dan aku sendiri yang masak," kata Kaivan berharap Laura akan terkesan. Namun sayangnya yang kini dirinya hadapi bukanlah Laura yang dulu, melainkan Laura si jutek yang keras kepala dan dingin tak tersentuh. Bahkan sekali pun mereka pernah bahagia dan berbagi kisah bersama di masa lalu.

Kaivan mengikuti langkah Laura menuju sofa yang tersedia di ruangan lain yang hanya terhalang oleh tembok dan rak buku tinggi. Perempuan itu belum membuka suara hingga saat ini, bahkan sepertinya tidak berniat sama sekali menatap Kaivan. Hanya bisa menghela napas, Kai, menghadapi perempuan cantik itu. Sedikit berjuang dan bersabar memang sepertinya ia perlukan demi meluluhkan hati Laura.

Dulu Laura memang pendiam dan tidak banyak bicara apalagi basa-basi. Tapi setidaknya tidak sediam dan sedingin sekarang ini. Dua minggu waktu yang sudah mereka habiskan sejak makan malam itu, tapi Laura tidak banyak bicara selain penolakan-penolakannya setiap kali Kai datang menjemput atau mengajaknya makan.

Sebenarnya Kai kesal, ia bukanlah laki-laki penyabar mengenai apa pun. Ia selalu tidak bisa mengendalikan emosinya, namun demi seorang Laura Priela Arsyatami yang sekarang Kai harus benar-benar menahan keinginannya untuk memaki. Ia tidak ingin membuat perempuan itu semakin membencinya dan berakhir semakin melangkah menjauhinya.

Waktu sepuluh tahun lalu sudah membuatnya menyesal karena pengendalian dirinya yang jelek, salah satu alasan juga yang membuat Laura pada akhirnya memutuskannya. Selain karena kebodohannya mengkhianati Laura, Kai juga kerap kali bersikap seenaknya dan tidak jarang melayangkan ucapan-ucapan kasar pada Laura yang dulu menjadi kekasihnya.

Ya, Kaivan memang seburuk itu dulu. Namun bukan berarti ia tidak berusaha untuk berubah, selama ini Kai berusaha untuk memperbaiki dirinya dan meninggalkan sikap buruknya, meskipun belum sepenuhnya berhasil. Tapi setidaknya Kai sudah lebih baik dibandingkan dulu. Beruntung wanita yang sekarang menjadi mama-nya bisa membantunya sedikit demi sedikit.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang