Bab 40

812 34 0
                                    

Happy Reading!!!

***

“Aku sih terserah aja mau apa makanannya, yang penting ada cupcake strawberry. Kamu coba tanya Mama sama Bunda, mereka mau ada apa aja buat prasmanan nanti,” jawab Laura saat Kai menanyakan tentang menu untuk di acara pesta pernikahan mereka.

Cupcake-nya mau aku yang buat gak?”

“Ya janganlah, yang ada nanti kamu sibuk,” tolak Laura cepat. “Pesan di toko langganan kita aja, Ay. Kalau bisa cake pengantin kita juga susunan dari cupcake aja biar gak usah potong-potong,” usul Laura semangat, matanya memang selalu berbinar jika sudah berurusan dengan satu makanan itu.

Herannya sampai detik ini Laura tidak pernah berusaha untuk bisa membuat cup cake kegemarannya. Berbeda dengan Kai yang tidak terlalu suka tapi selalu belajar dan berusaha untuk bisa membuatnya. Kebalik emang. Tapi tak apa dengan begitu ada alasan untuk membuat Laura bergantung padanya. Kai tidak ingin istrinya serba bisa, karena itu hanya akan membuat wanitanya mandiri. Dan sebagai suami Kai tidak bisa merasakan manja-nya sang istri.

“Oke kalau gitu, nanti aku pesan sesuai keinginan kamu ke Mbak Killa,” putus Kai menyetujui keinginan istrinya. Toh itu bukan hal yang sulit untuknya lakukan. Demi istri apa pun akan Kai lakukan apalagi cuma sekedar cup cake. “Sekarang kita pulang langsung apa mau mampir dulu?” lanjut Kai begitu lampu merah yang membuat mereka terhenti berubah hijau.

“Mampir ke mana?” kening Laura mengerut

“Ya gak tahu,” Kai mengedikkan bahunya. “Kali aja kamu mau mampir ke mana gitu, aku temenin. Atau mau aku ajak ke hotel?” goda Kai mengedipkan sebelah matanya genit, yang langsung saja mendapat cubitan gemas dari Laura.

“Ngapain ke hotel, kasur di rumah juga gak kalah nyamannya.”

“Bikin baby-lah, Yang. Di hotel ‘kan lebih privasi,” bisik Kai masih dengan nada menggodanya, berhasil memunculkan rona merah di pipi Laura.

“Di hotel udah di gunakan banyak orang, mendingan di rumah. Kamar sendiri lebih privasi,” Laura mengatakan itu sambil membuang wajahnya ke sisi lain, menghindari tatapan Kai dan menyembunyikan wajah malu serta salah tingkahnya.

Mendengar kalimat itu tentu saja membuat Kai sedikit terkejut meskipun di detik selanjutnya senyum tersungging lebar. “Jadi udah bisa buat baby nih?” tanya Kai masih berniat menggoda meski tersirat keseriusan mengingat sejak menikah hampir satu minggu ini mereka belum merasakan malam pertama yang sesungguhnya.

Laura tidak menjawab, perempuan itu malah semakin menyembunyikan wajahnya dan pura-pura tidak mendengar apa yang Kai ucapkan. Namun Kai tahu jawabannya. Tanpa mengatakan apa pun, Kai menambah laju mobilnya menuju rumah mertuanya yang menjadi tempat tinggal sementara mereka hingga Leo mengizinkan untuk tinggal terpisah.

Tidak sampai setengah jam dari lampu merah tadi, mereka akhirnya tiba di rumah. Tapi sayangnya niat Kai yang ingin langsung membawa sang istri ke kamar harus urung melihat di rumah itu ada Indah dan Angga yang sedang mengobrol dengan Leo, Lyra dan Pandu.

Entah kebetulan atau memang ini bukan keberuntungan Kai. Tapi ia merutuki para orang tua yang berdiskusi di rumah Leo, padahal biasanya selalu rumah Lyra yang di jadikan tempat mereka mengobrol dan berkumpul.

“Tuh baru pulang anaknya,” kata Lyra yang kemudian meminta pasangan suami istri baru itu untuk duduk bergabung, tapi sebelumnya Laura memeluk para orang tua bergantian. Terlebih pada Indah dan Angga yang baru kembali berkunjung.

“Ini ada apa, kok tumben kumpulnya disini?” heran Kai duduk berdampingan dengan sang istri seraya menatap papa dan mamanya bergantian.

“Gak ada apa-apa, kami cuma lagi bahas untuk persiapan nikahan kalian. Di rumah sebelah lagi rame, ada teman-temannya Bang Rapa,” Kai akhirnya mengangguk mendengar penjelasan singkat Lyra.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang