Bab 38

650 30 0
                                    

Happy Reading!!!

***

Selesai mendapatkan gaun pengantin yang ada di butik lain, Kai dan Laura memutuskan untuk pulang, tapi sebelumnya mampir ke kedai bakso untuk membeli beberapa porsi makanan popular orang Indonesia itu lebih dulu. Laura sudah janji akan membelikan sang Bunda bakso, meskipun gerobaknya tidak ikut dibeli.

Jam delapan malam Kai dan Laura tiba di rumah, semua sedang berkumpul di ruang keluarga, menonton televisi dengan kehebohan yang hakiki karena di sana juga ada si kembar Nathan dan Nathael yang begitu senang menggoda adiknya, Rapa dan Leo juga yang tidak pernah absen berdebat dan saling mengatai. Apa saja yang penting ribut. Hanya Lyra-Pandu yang fokus pada tontonan di layar datar di depannya dengan posisi mesra yang mana Lyra bersandar di dada bidang suaminya dan Pandu yang mengusap lembut kepala sang istri. Sungguh manis, membuat Laura berharap seperti itu juga di masa tuanya bersama Kai.

“Pada mau bakso gak?” Kai mengangkat tangan yang memegang keresek hitam berisi bakso yang sempat di belinya.

Semua orang menoleh dan berseru heboh. Si kembar malah langsung berlari menghampiri Kai. Melupakan adiknya yang tadi hampir menangis karena ketenangannya terus direcoki.

“Kebetulan Papi belum makan,” kata Leo dengan senyum lebar dan mata berbinar.

“Kalau menurut Papi nasi dua piring, soto tiga mangkuk dan pudding dua potong besar masuk ke dalam belum makan, abang ngangguk, Pi,” Rapa mendelik ke arah mertuanya itu. “Itu artinya abang juga belum makan, ‘kan baru satu mangkuk sotonya, nasinya juga cuma dua piring, dan pudingnya gak abang makan karena kehabisan.”

“Udah gak usah berantem, baksonya kebagian semua. Ela sengaja beli lebih biar gak pada rebutan,” malas Laura.

“Katanya mau beliin sama gerobaknya,” sindir Lyra.

“Bunda emang mau jualannya?” tanya Laura melirik. “Kalau mau, Ela beliin, asal janji laku dan enak baksonya,” tambah Laura.

“Gak deh makasi, Bunda cuma ahli makannya aja,” Lyra menggelengkan kepala lalu bangkit dari duduknya untuk mengambil mangkuk dari dapur.

“Arra sama Aunty dulu yuk, Mamanya mau makan dulu,” tangan Laura sudah terulur untuk menggendong keponakan cantiknya, tapi Arra dengan cepat menggeleng seraya memeluk erat Queen, enggan beranjak dari sang mama.

Gadis kecil satu itu memang sangat manja, sampai Queen kadang tidak bisa melakukan apa-apa karena selalu di tempeli. Rapa saja sering uring-uringan karena putri satu-satunya itu selalu saja menggagalkan olahraga ranjangnya bersama sang istri. Bahkan Rapa lebih sering tidur terpisah dengan istrinya karena Arra tidak memperbolehkan Rapa seranjang dengannya dan sang mama.

“Gak apa-apa, Dek. Kamu istirahat aja sama Kai sana,” ucap Queen tidak keberatan, sudah terlalu biasa melakukan apa-apa bersama putri kecilnya. “Pengantin baru jangan direcokin anak kecil dulu nanti gak bisa mesra-mesraan,” lanjutnya menggoda, membuat wajah Laura memerah namun di tutupi dengan dengusan kesal.

Kai hanya terkekeh melihatnya, lalu menarik istrinya itu ke dalam pelukan dan menjatuhkan satu kecupan di puncak kepala Laura.

“Eh, kalian udah dapat gaunnya?” Lyra bertanya begitu kembali dari dapur dengan mangkuk, sendok dan garpu di tangannya, di susul asisten rumah tangga yang membawa nampan berisi gelas-gelas dan teko teh hangat.

“Udah, kok, Bun,” jawab Laura yang Lyra angguki. Setelahnya Kai dan Laura memilih pamit untuk pulang ke rumah sebelah. Tidak lupa Laura mengingatkan para orang tua lebih dulu untuk ke rumah sakit besok pagi, sudah jadwalnya memeriksakan kesehatan yang Laura anjurkan selama satu tahun belakangan  ini, karena Laura tidak ingin kejadian sang mami terulang kembali.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang