bab 60

1.5K 26 0
                                    

Happy Reading!!!

***

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam saat Laura memutuskan untuk naik ke kamarnya karena kantuk sudah mulai menghampiri dan lelah semakin dirasa. Kai tentu saja ikut naik, meninggalkan semua orang yang masih asyik mengobrol, becanda dan saling mengejek di lantai bawah. Kai lebih peduli istri dan anaknya, jadilah Kai memilih untuk menemani Laura istirahat.

“Ay, pijitin dong,” pinta Laura menunjuk punggungnya yang memang terasa pegal.

Kai menyimpan handuk yang semula di gunakan untuk mengeringkan wajahnya lalu naik ke atas tempat tidur dan memposisikan diri di belakang istrinya. Memberikan pijatan pada pundak dan punggung Laura dengan hati-hati agar tidak menyakiti sang istri.

“Cape banget, ya?” tanya Kai yang Laura angguki dengan manja.

“Makanya dari tadi di suruh istirahat tuh nurut,” satu kecupan Kai layangkan pada kepala belakang istrinya.

“Rumah rame gitu mana bisa istirahat, Ay,” elak Laura. Padahal Lyra sudah mengusulkan untuk Laura istirahat di rumah sebelah, dan Kai bersedia menemani. Tapi memang dasarnya saja Laura yang tidak mau ketinggalan acara berkumpul bersama keluarganya.

“Ya udah sekarang istirahat, tidur,” Kai menyudahi pijatannya, lalu menarik Laura agar berbaring di sampingnya. Namun tak lama kemudian Kai kembali bangun dan memposisikan diri di depan perut Laura, membuat Laura was-was saat Kai mulai membuka beberapa kancing bawah piyama satinnya. Takut-takut sang suami meminta jatah disaat dirinya benar-benar lelah seperti ini, tapi beruntung karena ternyata Kai hanya ingin mengecup perutnya dan menyapa anaknya dalam kandungan Laura lalu mengucapkan selamat tidur diakhiri dengan kecupan lembut yang terasa menggelitik area perut Laura.

“Jangan segan bangunin aku kalau pengen apa-apa,” pesan Kai sebelum meraih istrinya ke dalam pelukan.

“Iya, tapi kamu jangan ngeluh, ya, kalau sekiranya aku ganggu tidurnya,”

“Tergantung,” Kai kembali membuka matanya yang semula sudah dipejamkan, siap meraih mimpinya. “Kalau kamu bangunin akunya buat hal-hal yang berpaedah ya aku gak akan ngeluh,” lanjutnya seraya mengedikkan bahu singkat, lalu semakin menarik Laura masuk ke dalam pelukannya. “Apalagi kalau banguninnya buat ngasih jatah,” tambah Kai berbisik, membuat satu cubitan menyentuh perut Kai, mengalihkan rasa malu dan salah tingkah Laura. Beruntung wajahnya yang memanas tersembunyi di dada bidang Kai, jadi suaminya itu tidak akan melihat bagaimana merah pipinya sekarang.

“Tidur, Ay, istirahat,” Laura berucap seraya bergerak untuk mencari posisi yang nyaman.

“Mengalihkan,” Kai mencebikkan bibirnya. Tapi tak urung memejamkan mata setelah melayangkan kecupan singkat di kening dan puncak kepala Laura, setelahnya dengkuran halus saling bersahutan menandakan bahwa keduanya sudah tertarik ke alam mimpi.

***

“Kai lari pagi yuk,” teriak Leo di depan kamar putrinya, sambil sesekali mengetuk pintu. “Ela bangun, masak La,” lanjutnya beralih pada Laura dengan tangan yang masih setia mengetuk pintu mulai dari pelan hingga gedoran. Membuat dua orang yang masih bergelung nyaman dalam selimutnya itu merasa terganggu dan terpaksa bangun meski sebenarnya masih ingin tidur. Tapi Laura tahu bahwa Leo tidak akan pernah berhenti jika belum dituruti.

“Bangun Kai, Papi mau ajak kamu tanding badminton,” kembali Leo berteriak dengan gedoran di pintu yang semakin tidak sabaran.

“Berisik Papi!” protes Laura seraya membuka pintu kamarnya yang langsung menampilkan wajah tampan Leo yang siap dengan setelan olahraganya.

“Ck, dasar ibu hamil malas. Udah siang ini, harusnya kamu udah di dapur buat sarapan, bukan malah baru bangun tidur,” cibir pria tua menyebalkan itu membuat Laura memutar bola matanya.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang