Bab 12

1K 52 0
                                    

Happy Reading !!!

***

Laura tersenyum lega saat mendapati demam Kai sudah turun, dan wajah pria itu pun sudah tidak sepucat kemarin.

Tanpa membangunkannya Laura turun dari tempat tidur dan melangkah menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi. Setelah itu Laura menuju dapur untuk membuat sarapan. Papinya akan datang sebentar lagi, mengantarkan pakaian yang dirinya minta kemarin. Dan benar saja, tidak sampai tiga puluh menit, bel apartemen Kai sudah berbunyi dan Leo berdiri tampan di depan pintu dengan gayanya yang sok cool.

"Bikin sarapan gak, Dek?" suara pertama yang Leo lontarkan membuat Laura mendengus sebal. Bukannya menanyai keadaannya atau keadaan Kai, papinya itu malah bertanya soal sarapan. Benar-benar ayah menyebalkan!

"Lagi dibuat sarapannya, yuk masuk," ajak Laura mempersilahkan sang papi yang tanpa sungkan melangkah masuk ke dalam apartemen Kai, menatap sekeliling dan berusaha menilai interiornya.

"Ini bukan kamu yang beres-beres 'kan, Dek?" tanya Leo sedikit curiga melihat bagaimana rapinya apartemen Kai. Leo takut anaknya di sini di jadikan pembantu oleh pria yang belum menjadi menantunya itu.

"Boro-boro buat beres-beres di tinggal ke kamar mandi aja Kai udah uring-uringan. Yang ada tangan aku pegal nih dia peluk terus!" Laura mendengus seraya memperlihatkan tangan putihnya yang terdapat jejak garis-garis kemerahan bekas rambut Kai.

"Ck, manja emang tuh bocah!" decak Leo lalu memilih mendudukkan diri di kursi meja makan sambil menunggu sarapan siap, sedangkan Laura melanjutkan acara memasaknya.

Pagi ini, sop ayam, tahu goreng, dan tumis sosis yang menjadi menu sarapannya di kediaman Kai. Laura sudah seperti seorang istri saja jika seperti ini.

"Semalam kamu gak di apa-apain kan sama dia?" Leo kembali membuka suaranya setelah mengambil dengan lancang buah di dalam kulkas milik Kai.

"Di apa-apain gimana maksud Papi?" kening Laura mengerut tak paham menoleh ke arah sang papi yang sudah kembali duduk di kursinya dengan buah anggur di tangan.

"Masa gak ngerti, sih? Biasanya orang dewasa berada dalam satu ruangan yang sama berdua-duaan ngelakuin apa?" Laura mengedikkan bahunya, tanda bahwa dirinya tidak tahu. Entah itu benar atau hanya pura-pura. "Ck, payah gitu aja gak paham!" cibir Leo kemudian lalu melanjutkan menyuapkan anggur yang baru diambilnya.

"Ya, memangnya ngapain?" polos Laura.

"Udahlah gak usah di lanjutin, Papi udah lapar banget nih. Udah selesai belum masaknya?" ucapnya mengalihkan. Leo yakin tidak ada yang terjadi semalam.

Sebagai orang tua tentu saja Leo cemas membiarkan anaknya berduaan bersama seorang laki-laki dewasa. Bukan tidak mungkin jika sesuatu yang iya-iya terjadi. Meskipun keduanya memiliki hubungan, tetap saja keduanya belum legal. Bisa di benci istrinya ia jika membiarkan Laura di buat hamil lebih dulu.

"Udah Pi, sebentar." Kata Laura yang sedang memindahkan masakan terakhirnya ke dalam piring. Setelahnya Laura menata semua yang di masaknya di meja makan, dan jangan di tanya bagaimana ekspresi Leo saat ini, kedua matanya berbinar dan pria itu dengan tidak sabarnya memberikan piring di depannya kepada sang putri, meminta Laura untuk mengambilkan nasi.

"Papi gak mau nunggu Kai?" tanya Laura saat menerima piring dari Leo.

"Gak usahlah, dia juga belum bangun 'kan? Papi keburu lapar, dan lagi pagi ini ada meeting di kantor. Papi harus cepat."

Laura mengangguk saja sebagai respons, lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan sang papi, menemani pria tercintanya itu sarapan. Sedangkan dirinya akan makan nanti, setelah mandi dan bersiap berangkat ke rumah sakit. Tadinya Laura akan meminta cuti tapi karena keadaan Kai sudah lebih baik, jadi tidak ada alasan untuk Laura meninggalkan pekerjaannya.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang