Bab 34

831 25 2
                                    

Happy Reading!!!

***

“Resepsi kalian mau kapan?” Pandu membuka pembicaraan setelah mereka semua selesai makan malam.

“Dua bulan lagi,” jawab Kai yakin, sementara Laura melirik protes karena tidak diberi tahu sebelumnya.

“Gak bisa, dua bulan lagi aku ada seminar di Bandung. Gimana kalau nanti waktunya bentrok?”

“Ya kita nikahnya sebelum kamu seminar lah, Yang,”

“Kamu yakin emang mau biarin aku pergi? Tiga hari loh?”

“Kenapa harus gak yakin? Aku kan nanti ikut,” jawab Kai menaik turunkan alisnya. “Sekalian bulan madu, Yang. kan lumayan irit dikit karena kamu pasti di bayarin pihak rumah sakit,” lanjut Kai dengan kedipan menggodanya.

“Jangan ikut-ikutan pelit kayak Papi deh,” Laura mendelik sebal.

“Becanda sayang,” ucap Kai gemas seraya melayangkan kecupannya di pipi sang istri, yang membuat wajah Laura memerah malu karena aksi Kai itu di lihat oleh semua anggota keluarga. Terlebih Rapa yang sudah mesem-mesem menggodanya.

“Jadi deal nih dua bulan lagi?” Angga ikut membuka suara, menatap anak dan menantunya bergantian.

Deal aja deh, Pa. Tapi tanggalnya belum bisa di tentuin, karena Ela harus pastiin dulu tanggal seminarnya biar gak tabrakan nanti.”

Angga dan yang lainnya mengangguk. Kemudian pembahasan kembali di lanjutkan mengenai konsep, tempat dan segala macam hal yang akan menjadi persiapan pernikahan.

Laura dan Kai lebih ikut pada keinginan orang tua karena mereka tidak ada impian khusus mengenai pesta pernikahan. Bagi Laura dan Kai yang penting sah itu sudah cukup. Tapi tidak mungkin jika tidak ada resepsi sama sekali apalagi teman bisnis Pandu, Angga dan Leo banyak dan pastinya mereka ingin memberi tahu publik bahwa anak-anaknya sudah menikah.

“Sampai resepsi nanti kalian tinggal disini, gak mau tahu pokoknya!” ujar Leo pada Laura dan Kai.

“Iya Papi iya, Ela sama Kai tinggal di sini dulu, nemenin Papi. Tenang aja,” Laura mengelus punggung orang tua tunggalnya itu. Apa pun keinginan Leo akan Laura turuti, tentu saja atas seizin Kai karena bagaimanapun sekarang pria itu adalah suaminya.

“Iya Pi, Kai gak akan langsung ajak Laura pindah, kok, lagi pula rumah yang Kai beli belum selesai di renovasi,” tambah Kai menyetujui.

Angga dan Indah memilih untuk tidak berkomentar. Mereka tetap setuju walau Kai dan Laura akan menetap bersama Leo, mereka paham dan tidak tega juga jika harus membuat Leo semakin kesepian. Di masa tuanya seperti ini tidak ada orang tua yang ingin jauh dari anak-anaknya, pun dengan Angga dan Indah. Tapi mereka lebih bisa mengerti, Leo yang lebih membutuhkan anak-anak berada di sampingnya.

“Nah yang kayak gini, nih, mantu pengertian,” delik Leo pada Rapa yang duduk tidak jauh darinya. “Bukan kayak, lo!” ujarnya kemudian.

“Papi apa sih, hah, ngajak ribut mulu kalau sama Abang?” protes Rapa tidak terima.

“Papi dari tadi diam, duduk, mana ada ngajak ribut,” santai Leo tidak sama sekali merasa bersalah karena sudah membuat Rapa kesal.

“Papinya diam, mulutnya resek.” Sebal Rapa.

“Mulai lagi deh,” Lyra memutar bola matanya bosan. “Kamu tahan-tahan ya Kai punya mertua kayak gini, banyak-banyakin istigfar biar nyebelinnya papi mertua kamu gak kambuh,” lanjutnya membuat semua orang yang ada di sana tertawa, kecuali Leo yang justru menatap protes pada sahabat sekaligus besannya itu.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang