bab 57

432 28 0
                                    

Happy Reading!!

***

Leo merentangkan kedua tangannya saat menginjakkan kaki di pekarangan rumahnya yang sudah setengah tahun di tinggalkan, menghirup dalam-dalam udara sebelum kemudian menghembuskannya dengan perlahan dan senyum mengembang. Masih sulit di percaya bahwa dirinya pulang, kembali akan tinggal di tempat yang seharusnya. Tempat dimana semua kenangan tersimpan, mulai dari bahagia hingga kesakitan yang begitu menyiksa. Namun Leo sudah berjanji pada dirinya sendiri dan pada semua orang untuk tidak kembali terbelenggu pada Luna yang sudah tenang di alam sana. Sekarang Leo akan kembali memulai hidup baru yang lebih menyenangkan tanpa ada kesedihan apa pun yang tersimpan.

I’m back home!” seru Leo dengan semangat, mengalihkan semua mata yang semula sibuk menurunkan barang-barang Leo, Laura, Kai dari dalam mobil.

“Dasar katro!” cibir Pandu acuh.

“La, Papi kamu udah benar-benar sembuh ‘kan?” tanya ragu Amel yang datang untuk menyambut kepulangan sahabat dan keponakannya.

“Harusnya sih seperti itu, Nty, tapi gak tahu kalau otaknya jatuh di pesawat,” Laura mengedikkan bahunya singkat. Dan karena kalimatnya itu Leo menoleh, melirik putri bungsunya dengan galak.

“Makin durhaka emang kamu, La, sama Papi,” ujarnya pura-pura marah. Laura hanya menjulurkan lidah dan masuk ke dalam rumah, menyusul sang ayah yang sudah masuk lebih dulu.

“Si Ela nyebelin, makin hari makin berani aja sama gue,” dumel Leo menatap kepergian putri bungsunya.

“Bukannya dari dulu dia udah kayak gitu sama lo? Cuma Ela yang berani di keluarga kita,” kata Dimas menepuk pundak Leo. Dan pria tua itu mengangguk membenarkan. Sejak dulu bahkan Laura berani membentaknya.

Ck, dasar anak durhaka.

“Lo gak mau masuk?” Angga bertanya pada besannya itu, saat satu per satu orang masuk ke dalam rumah sedangkan Leo masih bertahan di sana, menatap taman yang bunganya tengah bermekaran, mengingatkannya pada Luna yang memang amat suka dengan berbagai macam bunga. Hanya ingat, bukan berarti Leo kembali sedih. Ia sudah benar-benar ikhlas kali ini.

“Ini gue dari tadi lagi mikir, anak sama mantu kurang ajar gue mana, kok, gak ada?” heran Leo saat teringat bahwa anak pertamanya belum terlihat begitu juga dengan menantunya yang bobrok dan minim akhlak. Kedua orang itu tidak menyambut kepulangannya seperti yang lain.

“Maksud lo Rapa?” anggukan menjadi jawaban yang Leo berikan, yang di balas tawa oleh Angga dan Indah yang ternyata kembali ke luar saat tidak mendapati suaminya mengekor.

“Anak sama mantu lo lagi di jalan kayaknya, tadi Levin bilang lo minta di jemput mereka satu jam setelah kita sampai di bandara. Rapa gak tahu kalau lo datang lebih awal,” kekehan Indah membuat Leo melongo tapi kemudian ikut tertawa dan melangkah cepat masuk ke dalam rumah.

“Bang, sialan emang lo, ya, ngerjain anak mantu gue,” teriaknya dengan tawa penuh kepuasaan, lalu duduk bergabung dengan para sahabat yang sudah dirindukannya dan melakukan tos bersama Levin dan tertawa bersama.

“Kalian emang paling senang banget jahilin anak gue,” delik Lyra sebal karena selalu saja Rapa yang menjadi sasarannya.

“Anak lelaki bunda ‘kan emang bully-able,” sahut Ratu yang baru saja kembali dari dapur bersama sang suami yang terus mengekor, tidak lupa anaknya yang ada dalam gendongan Birma.

Leo mengangguk setuju. “Udah lama gue gak bully mantu kesayangan,”

“Sialan emang lo, Le!” kesal Lyra seraya melempar bantal sofa yang ada di pangkuannya. “Sesekali Kai kek yang lo bully, dia mantu lo juga,” lanjut Lyra mendelik.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang