Bab 20

1.1K 48 1
                                    

Happy Reading !!!

***

Malam pertunangan akhirnya tiba, Laura yang baru saja selesai dirias oleh Dania -saudara ipar kakaknya- mencengkeram erat gaun cantik berwarna nude yang membalut tubuh rampingnya. Sesekali Laura melirik jam yang tertempel di dinding, menunggu dengan gugup kedatangan Kaivan yang malam ini akan menyematkan cincin sebagai tanda pengikat hubungan mereka.

Acara memang akan dilangsungkan satu jam lagi, tapi entah mengapa Laura merasa cemas, takut dan juga perasaan lain yang menghantuinya hingga membuatnya tidak bisa duduk dengan tenang dan itu menyebabkan sepupu-sepupunya yang menemani Laura di kamar berdecak. Menganggap bahwa Laura terlalu berlebihan hanya untuk tunangan saja. Tapi mereka tidak tahu bahwa bagi Laura ini memang sangat mendebarkan.

Hubungannya dengan Kai baru terjalin belum lama ini, meski di masa lalu mereka pernah memiliki kisah indah sekaligus buruk. Tapi tidak membuat Laura siap sepenuhnya untuk melangsungkan sebuah pertunangan yang mana akan membawa hubungan mereka naik ke level yang lebih serius.

Sesungguhnya Laura belum sepenuhnya bisa menerima Kai, memaafkan pria itu dan melupakan masa lalu mereka. Alasannya menerima pertunangan ini beberapa waktu lalu karena ia merasa bahwa tidak siap jika harus benar-benar kehilangan seorang Kaivan.

Perasaannya yang dulu terkubur perlahan dibangunkan oleh perubahan Kai, kelembutannya dan ketulusan pria itu, tapi bayangan pengkhianatan dulu ikut membayangi yang membuat Laura masih sedikit memiliki keraguan. Dan sekarang ia dilanda kebingungan antara mundur atau justru melanjutkan pertunangan.

Andai masa lalu itu tidak ada, mungkin Laura akan menjadi perempuan paling bahagia malam ini. Sayangnya Kai sempat menggores luka yang kadang kala menjadi alasan Laura menutup hati dari pria mana pun sampai membuat dirinya menjomlo hingga sepuluh tahun. Tidak menyangka bahwa sosok itu lagi yang akan membukanya.

“Dek, kamu baik-baik aja ‘kan?” Queen yang sejak tadi memperhatikan adiknya itu menegur, khawatir sekaligus heran dengan diamnya Laura yang terlihat menyimpan beban besar.

“Tidak sebaik itu,” jujur Laura. Queen bangkit dari ranjang, berjalan menghampiri Laura yang duduk seorang diri di kursi rias. Perlahan Queen mengelus pundak adik tercintanya itu, lalu memeluknya dengan penuh kasih sayang.

“Mau cerita ke Kakak? Mungkin kita masih ada waktu,” tanya lembut Queen melirik jam di pergelangan tangannya.

Queen berusaha menjadi kakak yang baik dan mengerti akan kegelisahan yang adiknya itu alami, mengingat selama ini ia belum benar-benar bisa menjadi seorang kakak yang melindungi adiknya. Laura terlalu mandiri. Dan mungkin inilah saatnya Queen berperan. Membantu kegelisahan yang Laura rasakan menjelang pertunangannya.

“Apa kamu tidak mencintai Kai?” mulai Queen untuk memancing perasaan Laura yang mungkin tengah dilanda kebingungan akan keputusannya. “Jika memang tidak, lebih baik jangan paksakan,” ucap Queen setelah berdetik-detik terlewat tanpa ada jawaban dari sang adik.

“Kakak tahu masa lalu memang menyakitkan, tapi tidak menutup kemungkinan di masa depan semua itu akan terus menghantui. Kamu tahu bukan bahwa dulu Kakak juga pernah merasakan kecewa?”

Laura menoleh dan menatap kakaknya dengan raut yang masih belum bisa tergambarkan.

“Namun dari kecewa itu Kakak belajar memahami keadaan, memahami perasaan dan memahami arti kehadiran. Dari kecewa, Kakak belajar mendewasakan diri, berpikir lebih luas, dan menilai bukan hanya dari satu sudut. Menyadari kekurangan yang kita miliki, dan berusaha memperbaiki diri untuk tidak kembali tersakiti. Kesempatan kedua memang sulit kita berikan karena kepercayaan sudah pernah dipatahkan, tapi jangan jadikan itu sebagai pertimbangan sebab tidak semua keraguan akan mengacu pada penyesalan. Siapa tahu ini awal dari kebahagiaan yang akan kamu genggam hingga maut datang.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang