Bab 16

880 43 0
                                    

Happy Reading !!!

***

Setibanya di Singapura, Laura benar-benar meninggalkan Kai di apartemen bersama dua bocah kembar yang langsung tumbang di atas sofa. Perempuan itu bahkan tidak istirahat lebih dulu setelah perjalanan yang mereka tempuh dari Indonesia. Memang tidak terlalu jauh, tapi setidaknya cukup melelahkan. Tapi sepertinya perjalanan ini tidak berarti apa-apa bagi Laura karena yang Kai lihat kekasihnya itu masih tetap segar walau mereka baru sampai.

Sebenarnya Kai tidak rela kekasihnya pergi seorang diri. Tapi mau bagaimana lagi, memaksa pun tetap tidak akan membuat Laura mengalah. Perempuan keras kepala itu tidak mudah terayu. Dan Kai merutuki sikap Laura satu itu. Jika perempuan lain enggan datang ke kondangan sendiri, Laura malah justru enggan memamerkan Kai yang tampan ini.

Memang benar-benar pacar yang aneh.

“Atau jangan-jangan …?” Kai dengan cepat menggelengkan kepalanya, mengenyahkan pikiran tidak-tidaknya tentang sang kekasih. “Laura tidak mungkin memiliki laki-laki lain di negara ini. Tidak. Laura bukan perempuan seperti itu. Laura setia.” Yakin Kai dalam hati.

Tidak ingin semakin berpikiran ngaur, Kai memilih menjelajahi apartemen yang di tebaknya menjadi tempat tinggal Laura selama di negeri singa ini. Tempatnya yang cukup tinggi dengan pemandangan hiruk pikuk kota sedikit tidak asing untuk Kai. Namun Kai dapat menebak bahwa pemandangan itu akan indah saat malam hari, di mana lampu-lampu menyala menghiasi jalan.

Uncle, lapar,” rengek Nathael menghampiri Kai yang asyik di balkon.

“Oke kita cari makan sekarang. Kamu cuci muka dulu, terus bangunin kakak kamu,” kata Kai yang bocah sepuluh tahun itu angguki semangat dan berlari kembali masuk seraya berteriak nyaring membangunkan kembarannya. Kai sampai geleng-geleng mendengar suara cempreng itu. “Gak beda jauh sama Bapaknya,” batin Kai mencibir.

Uncle ayo!” teriakan dari dalam mengejutkan Kai yang tengah melamun.

“Iya sebentar,” balas Kai seraya masuk ke dalam dan kembali menutup pintu balkon, tidak lupa untuk menguncinya.

Restoran cepat saji yang tidak jauh dari apartemen yang menjadi pilihan kedua bocah itu. Dan keduanya seperti tidak asing dengan tempat ini, melihat bagaimana hapalnya dua bocah itu menunjuk tempat yang ingin mereka kunjungi. Bahkan toko mainan pun ikut serta disebutkan.

Ya, si kembar tidak tahu malu itu dengan terang-terangan meminta Kai membelikan mereka mainan. Untung saja Kai sudah sukses dengan bisnis kulinernya, jadi tidak terlalu mempermasalahkan hal itu selagi calon ponakannya tidak meminta jet pribadi.

“Kalian sering ke sini?” tanya Kai pada akhirnya. Penasaran akan pengetahuan dua bocah itu terhadap lingkungan di sekitar apartemen yang akan menjadi tempat tinggal mereka selama dua hari ini.

“Tiga kali mungkin,” Nathan mengedikkan bahunya.

Heem, satu tahun lalu Kakek Leo ajak kita ke sini buat jemput Aunty Ela. Waktu liburan dua tahun lalu juga kita semua ke sini. Terus waktu Aunty Ela wisuda juga,” tambah Nathael menyebutkan detailnya.

Kai mengangguk mengerti, pantas dua bocah itu hapal tempat-tempat ini. Tidak mungkin mereka datang hanya diam-diam saja di apartemen. Sangat bukan anak Rapa sekali.

***

Aunty Ela kok belum pulang?” Nathael melirik jam yang tertempel di dinding ruang tengah yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Padahal Kai ingat betul bahwa perempuan itu pergi sejak pagi. Dirinya dan kedua bocah kembar itu saja bahkan sudah menjelajah mall, membeli mainan juga oleh-oleh pesanan Indah, Lyra, dan Queen.  Tapi Laura belum juga pulang hingga saat ini, membuat Kai khawatir. Terlebih saat ponsel perempuan itu tidak juga bisa di hubungi.

Married With Ex-BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang